Entah berapa lama ia telah memendam
semua perasaan yang ia miliki. Introvert, begitulah orang-orang menghujatnya
karena kelainan yang ia miliki. Apakah dia salah untuk menjadi seperti itu?
Apakah itu adalah salah dari keluarga maupun koleganya? Tidak ada seorang pun
yang tahu begitu juga ia. Hari ini seharusnya menjadi hari yang menggembirakan
baginya namun raut mukanya masih sama ketika ia berjalan berdampingan dengan
kesendirian. Suatu peristiwa pernah terjadi dan ku pikir peristiwa ini cukup
mengguncang hati kecilnya yang tak pernah menemukan tempat untuk sejenak
berpijak.
2007
Hehehehehe, masih ku ingat valentine
pertamaku coklat dan boneka (huh, cerita klasik.) Manis, terasa manis ketika
pernah berangan-angan mendapatkan seorang perempuan untuk menjadi cinta
pertamaku. Satu minggu sebelum peristiwa itu aku berusaha keras untuk
mengumpulkan semua uang yang diberikan padaku untuk ku membelikan sebuah boneka
kelinci kecil berwarna merah muda dan sebatang coklat (yah, walaupun berukuran
sedang namun merek coklat yang memiliki bungkus berwarna ungu itu lumayan
terkenal.) Dan hari pun mulai berganti menjadi tanggal 14 Februari saatnya aku
dan dia berolahraga, setelah kelas mulai kosong aku mulai menjalankan rencan
yang telah ku susun tak lupa member kartu ucapan yang ku selipkan pada boneka
kelinci yang telah dimasukkan dengan rapi ke dalam tasnya. Akhirnya dia
menerima coklat dan boneka dariku dengan air mata menyesal (mati aku) dan
berakhirlah valentine untuk tahun itu
Tak dapat diduga, ia masih memiliki
memori yang usang itu. Entah mengapa ia tak pernah membuang segala kenangan baik
yang manis maupun pahit yang ia miliki. Baginya semua itu berharga dan membantu
dirinya untuk bekal bagi masa depan yang selalu abstrak baginya. Ia tak pernah
menceritakan kisah ini pada siapa pun kecuali diriku. Sekelumit kisah pahit,
sebongkah cerita pedih, dan selusin cerita duka yang miliki. Kisahnya masih
berlanjut tak berhenti pada valentinenya yang pertama saja.
2009
Tak terasa kini aku dan dia telah
berpisah, ia berada jauh di sana sedangkan aku berada di sini (sendiri).
Hari-hari ku jalani dengan berat karena memikirkan dirinya yang tak pernah aku
miliki. Namun, apa yang aku lihat seakan-akan mengelabui mata ku. Distorsi kah?
Atau mungkin minus yang bertambah? Tiba-tiba di hari pertama aku menjejakkan
langkah di smp itu aku merasa menemukan sesuatu yang dapat mengobati rasa pilu
dalam hatiku (walau aku belum mengenalnya). Tiap pagi aku berlari menuju
kelasku untuk meletakkan tas ku dan berjalan menuju keluar kelas demi
menunggunya memasuki kelasnya (yang bersebelahan dengan kelasku tentunya). Tiap
hari tak pernah bosan-bosannya aku melakukan hal itu dan ia pun tak pernah
menyadarinya (bahwa aku pengagum rahasianya). Aku tak pernah berani
mengungkapkan perasaan yang aku miliki padanya karena masih terlalu cepat
bagiku untuk melakukannya. (lagi-lagi) Seminggu sebelum valentine, ada temanku
yang menanyaiku apakah aku akan memberikan sebatang coklat bagi pujaan hatiku
dan aku menjawab iya lalu ia menawarkan bantuan untuk memberikan coklat kepada
pujaan hatiku (Wah, kesempatan emas nih) dan aku menyetujuinya dengan riang.
Menabung demi orang lain dan diri sendiri pun ku jalani lagi dan kali ini aku bias
membeli sebatang coklat yang besar (puasnya diriku coklat yang sama kuantitas berbeda) dan tak lupa sepucuk surat
ku sisipkan di coklat itu. 5 menit sebelum bel masuk berbunyi dan eksekusi pun
di mulai. Temanku ternyata juga membawa coklat sendiri untuk orang yang ia
sukai dan aku segera menitipkan coklatku padanya. Ia kembali dengan selamat dengan
senyum di wajahnya (yang sedikit mirip orang gila sih). Dan hal buruk kembali
terulang kali ini, di istirahat pertama sahabat dari pujaan hatiku
mengembalikan coklat yang ku berikan pada pujaan hatiku dan berkata bahwa ia
hanya diminta untuk mengembalikan coklat itu karena pujaan hatiku tidak
menginginkannya.
Jika aku menjadi dirinya mungkin aku
sudah jadi gila karena kemalangan berulang-ulang menderanya. Entah kenapa ia
dapat bertahan dan masih utuh hingga saat ini. Suatu keajaiban kah? Atau sebuah
rencana yang telah dipersiapkan oleh kuasa yang lebih besar darinya yang
membuat hidupnya seperti panggung melodrama. Ia jarang menangis hanya sering
meluapkan perasaannya dengan menenggelamkan dirinya dalam bacaan-bacaan fiksi
yang membawanya dalam buai fantasi. Dikala temannya yang lain dapat bercerita
betapa hebat pasangan mereka, ia hanya meringkuk di dalam penjara kesunyiannya.
Tak pernah ia sekalipun memiliki kecemburuan terhadap teman-temannya, tak
pernah ia menyalahkan orang lain. Di tiap lembaran examen di Student
Handbooknya hanya satu pintanya yaitu merasakan apa itu indahnya merasakan
bahwa perasaan yang ia miliki dapat tersampaikan. Hanya itu yang ku tahu dari
kehidupannya, kehidupan yang sebenarnya di kelilingi cinta dari kedua orang
tuanya, adik-adiknya, saudaranya, teman-temannya, dan semua orang yang selalu
setia berada di sampingnya selalu. Mungkin hal itulah yang dapat membuatnya
bertahan untuk menghalau hari-harinya yang selalu kelabu tanpa warna lain yang
mencoba menghiasi hari-harinya. Tak dapat dibayangkan jika ia tidak memiliki
penopang lain dalam kehidupannya, entah apakah ia dapat berjalan tertatih
hingga titik ini.
Yah, walaupun
akhir-akhir ini ia mendapat masalah lagi dalam hal percintaan dari mulai
pendekatan hati yang ia rasa ia dan pujaan hatinya yang baru-baru ini menolak
perasaannya lagi. Ia bercerita pada ku bahwa hal ini mirip dengan déjà vu
baginya namun ketika ku piker ia akan menangis ketika menceritakan hal ini, ia
malah tertawa dengan air mata kebahagiaan mengalir dari matanya dan mengatakan
bahwa dia tidak apa-apa.Entah apa yang akan terjadi di valentine tahun ini
baginya, kisah sedihkah? Mungkin saja kisah manis yang akan terukir. Aku pun
tak tahu yang ku tahu pasti bahwa ia selalu memiliki cerita menarik untuk ia
bagikan padaku.
Yogyakarta, 13
Februari 2013
(1 malam sebelum
valentine)
Dari seorang
sahabat