Jam wekerku
berbunyi nyaring, membangunkan ku yang masih setengah berada dalam buai
fantasi. Ku siapkan segala yang ku perlukan untuk menjalani hari pertamaku di
sekolah yang baru. Ku pikir ini masih pagi namun ketika aku melihat lagi jam
yang terpaku dengan rapi di pojok ruang keluargaku. “Waduh” hanya kata itu yang
dapat terucap dari mulutku. Ku pacu sepeda motorku sekencang mungkin karena
tidak ingin terlambat di hari pertama.
Ku parkirkan
sepeda motorku di depan sebuah pertokoan di dekat sekolah. Gerbang hampir
tertutup ketika aku sampai di depannya. “Pagi, pak” sapaku kepada seorang
satpam. “Pagi” jawabnya sambil tersenyum dengan ganjil. Ku pikir hari ini aku
beruntung tapi kenapa semua orang yang memandang ke arahku tiba-tiba tertawa?
Keanehan ini baru ku sadari ketika aku memasuk ke dalam kelas dan mulai
memandang semua orang yang memakai seragam yang berbeda dengan apa yang ku
pakai.
Aku memilih
sebuah bangku yang berada di tengah ruang kelas dan mungkin karena kebetulan
juga bangku sebelahnya masih kosong. Bel berbunyi yang menandakan jam pelajaran
pertama akan di mulai tapi bangu sebelahku juga masih kosong. Guru sudah masuk,
ia mengajar bahasa Inggris teman-temanku sering memanggilnya Mr. Ridwan dan hal
ini membuatku bingung karena nama keluarga Pak Ridwan bukanlah itu. Dan anehnya
pada pelajaran pertama ini banyak teman laki-laki yang sibuk tertidur sedangkan
para perempuan sibuk menggosip. Namun keanehan kurasakan tidak berhenti sampai
disitu, entah mengapa di awal pelajaran di tahun ajaran baru yang juga
merupakan tahun pertamaku mengapa kami harus langsung berlatih speaking?
“Excuse me, sir” kata sesorang dengan lembut dari luar kelas, suara itu mungkin
terlalu lembut untuk didengar oleh orang lain atau mungkin keadaan kelas yang
terlalu ribut aku pun tak tahu. “Sir, excuse me but someone just call you from the
outside of the class” kataku dengan pronunciations seadanya. “Come in and sit
beside that boy” kata Pak Ridwan yang seakan-akan kebingungan mengingat nama ku
sembari menunjuk diriku. “His name is Noel, sir” kata seseorang yang duduk di
depan.
Sebenarnya
aku sih nggak masalah tapi yang benar-benar membuat mulutku menganga lebar
adalah sosok perempuan yang memasuki kelas. Slow motion pada film Matrix yang
semalam ku tonton seakan terjadi dan ku rasa lagu baby,baby,baby dari JKT48
sengaja diputarkan (ini ilusi atau aku yang kurang tidur sih?) Wajah perempuan
itu seperti Shanju, salah satu member dari JKT48 dan postur tubuhnya juga
hampir sama.
“Kevin, eh Noel” kataku salah tingkah dibuatnya
“Elisa” katanya sambil tersenyum
Ditengah
kami asyik mengobrol tentang berbagai hal (yang beberapa menyinggung lagu dan
member JKT48) tiba-tiba terdengar kata “ciyeee” dan itu berasal dari hampir
separuh kelas. Reaksi yang ku berikan sih biasa saja tapi ketika ku lihat wajah
yang mulai merona malu, dag-dig-dug bahkan hampir dor begitulah rasanya hatiku.
“Noel can you practicing on the front of all of yours
classmate how to introducing yourself to the other?” kata Pak Ridwan yang ku
pikir masih menulis di papan tulis
“And please pick one person to accompany you” sambungnya
Langsung
saja mata seluruh temanku menuju ke Elisa yang dengan sukarela menawarkan diri
untuk menemaniku.
“Good morning, uhm I got a little problem to find this
address would you lend me a help” kataku
“Of course, but what is the address of this person?”
jawabnya dengan pronunciation yang hampir sempurna
Aku sebutkan saja secara serampangan dan ku pikir dia hanya
akan memberikan petunjuk arah sehingga aku gagal memperkenalkan diriku
“That’s my address, and why you want to go to my house?”
katanya sambil tersenyum mengisyaratkan kata kamu berutang padaku
“My brother’s tell me that I must go to that address to pick
his book” kataku lagi
“Are you new around here?” tanyanya
“Oh, sorry I forgot to introduce myself to you by the way my
name is Noel” kataku dengan ekspresi minta maaf dan hampir semua orang
menertawai kami berdua kecuali Pak Ridwan yang menganggap kami sudah berlatih
sebelumnya.
“That not a
common way to introduce yourself to the other and there is some improvisation
that make it more interesting” kata Pak Ridwan setelah kami kembali ke tempat
duduk kami masing-masing setelah kami menyelesaikan perkenalan diri itu. Seisi
kelas yang tadinya hanya diam tiba-tiba bertepuk tangan.
“Eh” kataku
melihat ke arah Elisa karena ia menyikutku. Aku tak tahu apa maunya perempuanya
yang juga menyukai JKT48 ini, tapi yang ku tahu aku masih memiliki hutang
kepadanya.