Monday, March 31, 2014

Shinkirou (Daily Life School and JKT48 Part 15)

      
         Entah mengapa rasa antusias ku semakin bertambah saja saat hendak memasuki bagian dalam theater JKT48, sebenarnya aku cukup malu sih jika dibandingkan fans atau Wota lain yang memiliki berbagai macam ornamen mulai dari kaos, LS (lightstick), atau beberapa merchandise lainnya yang satu pun aku tak punya (yah walaupun harus ku akui bahwa aku lumayan malu karenanya apalagi aku tidak memiliki oshimen). Sepanjang jalan menuju panggung banyak orang yang tertawa kecil setelah melihat ke arahku, aku tidak mempedulikan hal itu asalkan bisa bersama Elisa aku pasti bisa melalui segala macam hal.

         Ku kira semua berjalan dengan lancar sampai aku menoleh ke belakang dan mencari Ve (Eh, bukan maksudku Dinda dan kenapa aku selalu menyebutkan si Ve ya?) dan tidak mendapatinya bersamaan dengan Nada, Melody , dan Ghaida (Nah kan salah lagi padahal dua orang terakhir adalah kakakku dan kakaknya Elisa.

“Elisa yang lain mana?” tanya ku pada Elisa yang terlalu excited hingga tidak menyadari bahwa ia sedang menggenggam tanganku

“Eh, bukannya di belakang?” ujarnya mulai mencari-cari rombongan yang lain

         Sepertinya ini sudah direncankan dan otak dari tindakan ini adalah kakakku, aku membayangkan mereka menari-nari ala Dora The Explorer dan berteriak berhasil-berhasil sambil dikejar oleh satpam karena dikira pelarian rumah sakit jiwa .

“Lihat el apa yang au bawa dari Rakunten semalam” Ia tersenyum seperti psikopat saat mengatakan hal tersebut

“Gimana ceritanya Elisa beli barang dari Rakunten dan dikirim dalam jangka waktu satu hari?” pikirku

“Nih” lanjut Elisa sambil memperlihatkan empat buah, ya berarti satu set lightstick padaku dan satu set buatnya!

“Buatku ya?” kataku agak polos

“Tuhkan ge-er lagi ini aslinya buat kakakku tapi berhubung kakak nggak ada ini buatmu aja” katanya sembari tersenyum dan senyum dari  paras yang mirip dengan Shanju yang membuat malam itu semakin cerah bagiku

“Makasih Elisa” kataku lalu mengambil lightstick itu dan membalas senyum Elisa dengan senyum ku

“Sama-sama” ujar Elisa sembari tersipu malu

         Semalam aku iseng-iseng cari di google mengenai segala macam hal yang ada di theater JKT48 mulai dari yang penting seperti cigull ternyata udah keluar dari JKT48 (berarti ngapain dia ke theater lagi?) sampai yang agak aneh-aneh kayak Wota yang rela ngelukai tangannya demi oshinya (kalo aku jadi oshinya pasti langsung teriak histeris agak panik karena ada fans yang bisa debus), hal yang agak tidak bermutu tersebut membuatku berpikir lagi  apakah aku akan bertahan di status yang tidak memiliki oshi atau memiliki oshi dan berakhir dengan mati kekurangan darah setelah melakukan hal yang ekstrim.

         Tidak bisa ku bayangkan jika suatu hari kedua orang tua dan kakakku menangis tersedu-sedu di depan kamar mayat dan dibrondong pertanyaan oleh tetangga sekitar.

“Penyebab kematiannya apa ya jeng?” tanya emak-emak sebelah yang ketagihan arisan

 “Kehabisan darah yu” jawab mama ku

“Pasti tabrakan ya atau di serbu nyamuk di kebon atau …” kata tante sebelah rumah yang hobinya nonton telenovela dan infotainment hingga kala udah ngomong nggak tahu waktu dan tempat

“Nggak jeng penyebab kematiannya terlalu serius ngoshi” lansir mama ku

*Poker Face

Kan nggak lucu juga mati konyol kayak gitu.

         Tanpa ku sadari aku dan Elisa sudah mencapai tempat duduk kami tempatnya sih agak deket dari panggung lebih tepatnya deket banget soalnya aku dan dia duduk di bagian paling depan.  Kalau nggak salah sih lagu di setlist Dareka no Tameni yang pertama sih Tsukimisou tapi sebelum itu ada wotagei dan chant (biasanya), beberapa anggota tim J dari JKT48 hadir di sana termasuk Melody, Nabilah, Haruka, Veranda, Shania, Ghaida, dan beberapa member lainnya. Sempat salah fokus sih aktu ngeliat Shanju dan Elisa karena mirip.

“Yuuhi wo Miteruka nya kapan el?” tanya Elisa

“Lawak nih, apa masih kagak konek juga otaknya Elisa kenapa di setlist Dareka no Tameni ada Yuuhi wo Miteruka?” gumamku

“El, kamu mikirin apa?” lanjut Elisa

“Eh, nggak papa” jawabku sambil menyembunyikan pemikiran itu

“Ihh, serius” sambung Elisa sembari mencubitku

         Sepanjang show aku dan Elisa menikmati konser tersebut canda tawa mengiringi sepanjang semua lagu yang dibawakan JKT48 hingga lagu Shinkirou dilantunkan.

“Hatiku yang resah gelisah sambil bergetar perlahan hilang dari hadapanmu cinta maafkan aku cinta maafkan aku” ujar bibirku yang mulai perlahan terbuka dan ikut bernyanyi

“Pagi di peron kereta bagaikan kertas putih yang tidak bertuliskan apapun” sambung Elisa


         Dan secara tiba-tiba my mind going blank, this is how they describing when someone fall in love and suddenly I kiss her lips, in other ways Elisa not refuse it and she kiss my lips oh my gosh feels likes my brain slowly melting. Dan tiba-tiba orang-orang di sekitar menghentikan semua aksi yang mereka lakukan dan melihat ke arahku dan Elisa seraya berkata ciyee ciyee. Yang paling sial dan mengejutkanku adalah kakak dan Melody maju ke depan panggung dan mengumumkan hal ini sepertinya Theater kali ini sudah di setting sedemikian rupa ahh malu sih rasanya tapi saat ku lihat paras Elisa, ia mulai merona merah lagi. Thanks for great trapping me for today sis!

Friday, March 21, 2014

Romansa Cinta di Depan Theater JKT48 (Daily Life School and JKT48 Part 14)

                  
         Oke, jangan panik sekarang Nada harusnya tahu bahwa aku datang bersama Elisa berarti aku dan Elisa punya relasi tapi yang menjadi pertanyaannya adaalah tiket mana yang harus aku ambil. Tiket yang dibawa oleh Ve (Eh, salah) Dinda maksudku, atau tiket yang dibawa sahabatku Nada. Suasana gundah yang mendekap hati ditambah bisingnya orang yang ingin menukar barang di lapak Swag membuat keadaan semakin sulit bagiku.

“Gimana el?” tanya Nada menyadarkanku dari lamunan

“Bentar-bentar” jawabku masih mempertimbangkan pilihan terbaik

“Cepetan keburu shownya mulai”  sambung Nada semakin memburu

        Tanpa ku sadari Elisa menarikku dari kerumunan itu meninggalkan Dinda dan Nada yang kebingungan atas tindakan yang diambil oleh Elisa. Elisa menarikku ke sebuah tempat yang lumayan sepi (lebih tepatnya pojokkan)

“El, udah kamu nggak usah bingung mending kamu pilih nonton bareng Nada aja dia kan sahabatmu dari kelas satu” ujar Elisa yang mengejutkan diriku

         Elisa memasangkan lagi headset yang ia miliki dan mulai memutar salah satu lagu dari JKT48, tunggu sepertinya akau pernah mendengarkan lagu ini di setlist yang aku lupa namanya.
“na na na na na na na na na” intro dari lagu itu mulai terdengar

        Flying Get kataku tanpa mengucapkan sepatah kata pun dari mulutku, Elisa hanya tersenyum dan berlalu setelah lagu itu selesai terputar, meninggalkanku yang mulai kebingungan mencari makna dibalik tindakannya itu. Sebetulnya jika dari awal ku telusuri perasaan yang ada di dalam dirinya selalu ia ungkapkan melalui nada-nada yang membentuk lagu yang dinyanyikan  mulai dari Tenshi no Shippo, Fortune Cookie yang Mencinta, dan sekarang Flying Get. Ah, apakah Elisa sudah member pertanda bahwa ia menginginkan aku untuk memilikinya? Aku pun masih belum mengerti tentang apa yang tiba-tiba saja terjadi dalam hidupku yang semakin kompleks saja, padahal awalnya hidupku biasa saja dan tidak ada yang special dariku. Dari mulai aku yang awalnya hanya fans biasa saja, lalu tertarik untuk menjadi WOTA dan akhirnya bisa bertemu beberapa individu yang mirip bahkan member dari JKT48.
                    
         Aku masih memikirkan semua hal yang terjadi secara beruntun dan sangat absurd ini. Masih teringat di dalam benakku ketika aku dan Elisa berjalan pulang menuju rumah kami masing-masing, melewati pematang sawah aku dan Elisa bergandengan tangan dan Elisa pun membagi headsetnya denganku lalu lagu Yuuhi Wo Miterukai mengalun secara perlahan diiringi turunnya mentari kembali keperaduannya, aku menatap wajah Elisa dan ia pun menatap wajahku dan kami tertawa berdua.
                     
         Tapi apakah hanya berdasarkan asumsi dan opini pribadiku saja aku bisa menyimpulkan bahwa Elisa juga memiliki perasaan yang sama denganku? Ku simpan saja persepsi ini untuk sementara karena aku harus menyusul Elisa, Dinda dan Nada yang menunggu ku di depan theater JKT48.
                     
         Lagi-lagi dan lagi, kakakku dan yang lebih mengejutkanku Ghaida JKT48 (Eh, itu Ghaida apa kakaknya si Elisa ya?) telah bergabung dalam rombongan itu.

“Eh, kakak” kataku, ia tidak membalas perkataan itu tapi langsung memukul kepalaku

“Aduh” celetukku

“Lu ngapain lama banget ngilang ama Elisa?” keluar juga logat Betawi yang agak ditekan mirip Batak (Gimana ceritanye, orang kagak ada darah Betawi juga kok bisa kayak gini)

“Kakaknye nyariin setengah mati tuh” lanjutnya


          Hehehehehe pemikiran nakal ku kembali datang karena mengetahui sisi pemalu dari kakak Elisa yang terlalu dominan. Aku mendekatinya dan ku tatap matanya (agak tajam sih) dan Voila kakak Elisa agak salting sendiri (hehehehehe niat jahatku berhasil).

"Eh, anu ehm" kata kakaknya Elisa mulai menunjukkan gelagat yang tidak biasa

"Maafin aku kak, karena mebuat kakak risau" pintaku padanya

         Ia hanya mematung berdiri menampakkan senyum ganjil, dan Elisa menangkap gelagat ini dan langsung memberikan tiket yang ternyata tiket Dareka no Tameni. Nada pun tersenyum padaku karena berat kakakku yang salah menghitung jumlah kami. Hehehehe JKT48 here we come!

Thursday, March 20, 2014

Delusi dan Disorientasi (Daily Life School and JKT48 Part 13)

                
       Nah lucunya, tinggal beberapa meter lagi aku dan Elisa sampai di area FX Sudirman, aku baru menyadari salah satu kebodohan yang paling fatal pada hari ini yaitu FX Sudirman tidak menyediakan tempat parkir bagi pengendara sepeda motor. Setelah proses perdebatan yang cukup panjang akhirnya aku tetap harus mencari area parkir di luar Fx Sudirman, tapi lagi-lagi secara insidental kakakku muncul bersama dua orang dibelakangnya. Dua orang ini mengenakan baju official JKT48 mungkin mereka WOTA atau lebih parah lagi JOT. Sebenarnya JOT itu tidak seburuk apa yang fans maupun beberapa WOTA asumsikan, namun berhubung paradigma yang sudah terlanjur tersebar ya begitulah jadinya. Salah seorang temanku memiliki kakak yang ternyata JOT dan alhasil ia jadi bulan-bulanan bukan hanya teman satu kelas bahkan satu sekolah.

“Woi, bang itu adek gue!” kata kakakku pada penjaga parkiran itu

“Oh, kamu adeknya Vanya?” tanyanya agak gemetaran setelah digertak kakak yang seakan-akan kesurupan

“Eh iya” jawabku sambil tersenyum kecut

“Ya udah dek motornya diparkir di sini aja, biar abang yang jaga” katanya nampaknya kakakku semacam privilege dari security ini.

       Entah mengapa dan dengan alasan yang tidak bisa kujelaskan setelah kakakku dan dua orang yang entah WOTA atau JOT pergi meninggalkanku dan berpesan agar lekas menyusulnya karena ada semacam persiapan khusus untuk hari ini (yang juga tidak tahu untuk apa persiapan khusus itu), ku rasa bahwa ada sebuah perasaan berdebar-debar yang mendekam di lubuk hatiku setelah mematikan mesin sepeda motorku. Secara refleks, tiba-tiba Elisa merangkul tanganku dari belakang ku asumsikan bahwa ia juga merasakan hal yang sama seperti yang saat ini ku rasakan.

“Lho bukannya Elisa pernah ke theater buat beli DVD nya JKT48?” ucap ku memulai percakapan itu

“Ehm, sebenernya yang pernah ke theater itu kakakku, katanya kakakku kenal kakakmu” ujarnya

“Oh, gitu ya” spontan kata itu terucap mungkin saja Elisa menganggap kata itu agak sinis tapi aku yakin bahwa intonasi datar dan artikulasi yang lumayan jelas, Elisa pasti sudah mengerti maksud perkataan dariku.

       Kesan pertama saat aku memasuki gedung Fx Sudirman atmosfir dingin yang tak tertahankan menembus tebalnya jaket yang ku pakai tapi ada hal yang lebih ekstrim saat aku merasakan bahwa Elisa mendekap tanganku lebih erat.

“Elisa mana jaketmu?” tanya ku

“Aku tinggal di motormu hehehehehehe aku pikir Fx nggak sedingin ini” jawabnya memaksakan senyum tercipta dari wajahnya

       Langsung saja ku lepas jaket terluarku walaupun rasa dingin semakin menjadi-jadi tapi aku tidak bisa dan tidak tega melihat perempuan di sekitarku lebih menderita daripada aku.

“Omong-omong ntar kita nonton teaternya JKT48 yang mana? Aku lupa soalnya hehehehehe” ujar Elisa secara tiba-tiba

“Jadi, kalo bukan Elisa siapa yang memesan tiketnya?” gumamku dalam hati

       Sembari memikirkan jawabannya kami berjalan menuju theater JKT48 dan tanpa kami sadari aku dan Elisa sudah berada di depan theater dengan penuh sesak antrian orang yang hendak memasukinya dan seperti yang dapat ku duga Nada dan Dinda sudah menungguku dan Elisa dengan wajah yang sangat jutek.

“El, nih tiketnya” kata Nada yang langsung berubah drastis dan tersenyum pada ku


       Harusnya di tiket itu tertera Dareka no Tameni, tapi tulisan yang tertera malah Seishun girl yang membuatku bingung setengah mati. Dinda pun memberikan tiket padaku, tiket yang merupakan tiket Dareka no Tameni. Ah, terus aku sekarang harus gimana?

Saturday, March 15, 2014

Long Way to Theater JKT48 (Daily Life School and JKT48 Part 12)


          Dengan gaya sok cool ala pemain fast and furious kakak mengendarai mobil meninggalkanku yang hendak mengambil motor yang jaraknya lumayan dekat dari sekolah tapi tiba-tiba dari pekatnya bayang malam muncul satu sosok orang yang ternyata adalah Elisa (yang seharusnya berada di mobil kakak dan berangkat ke FX Sudirman).

"Lho Elisa, kamu nggak ikut kakakku ?" tanyaku setengah tidak percaya bahwa sosok yang ada di hadapanku adalah Elisa

          Ia hanya menggelengkan kepala dan tersenyum manja padaku ( ini anak pasti baik kalo ada maunya). Kami berlari bersamaan menuju tempat dimana aku memarkirkan sepeda motorku, walau showtime masih 2 jam lagi tapi entah mengapa aku merasa sangat bersemangat hal yang sama juga terjadi pada Elisa setelah aku melihat paras ayu nya di bawah terpaan sinar mentari yang mulai tenggelam di senja itu. Ia tersenyum lagi saat ku lihat wajahnya dan ku balas senyuman itu dengan senyum dariku, akhirnya sampailah kami berdua di parkiran.

          Saat aku berpaling melihat ke belakang untuk memastikan Elisa masih ada di belakangku, tanpa ku duga sebuah usapan lembut menyeka bulir-bulir keringat yang tercipta di dahiku. 

"Ududuh kacian lari-lari capek ya?" tanya Elisa agak manja

"Eh, kamu sendiri nggak capek?" tanyaku setelah melihat bahwa peluh juga mulai menghiasi parasnya

          Akhirnya aku pun mengeluarkan tisu yang ada dalam tas yang ku bawa, biasanya beberapa lembar ku ambil untuk membersihkan debu dan kotoran yang menempel di kacamata ku dan kebetulan juga hari ini ayahku membawa kabur lagi lap kacamata kesayanganku itu. Kami tertawa bersama hingga ku rasa ada getaran yang berasal dari saku celanaku, tepatnya yang bergetar adalah handphone ku.

"Dik, kamu dimana cepetan show mau di mulai, kamu mau ketinggalan momen pertama kamu ke theater bareng Shanju?" terdengar suara penuh kemarahan di ujung telepon and I can guess who have that voice

"Iye kak ini juga mau berangkat" kataku agak malas karena lagi-lagi kakakku sok tahu (darimana bisa jadi Shanju orang namanya Elisa, apalagi sepertinya kakak Elisa mengenal kakakku)

"Cepetan lu!" bentaknya yang langsung menutup telepon 

"Dari siapa el?" tanya Elisa agak kepo

"Ah, kepo lu" kataku dengan nada agak bercanda

"Ih serius" balas Elisa dengan pipi yang mulai merona (kawaii desu !)

"Dari kakak udah ayo kita berangkat aja" ujarku

          Sebenarnya jika menggunakan logika orang normal, jarak dari sekolah menuju FX Sudirman harusnya ditempuh selama kurang lebih 2 jam apalagi hari Sabtu adalah hari dimana kota metropolitan seperti Jakarta dipenuhi berbagai macam pasangan dari yang kecil sampai yang gede. 

          Sepanjang perjalanan Elisa hanya terdiam saja entah apa yang dia lakukan ku kira selama perjalanan menuju theater JKT48 ia akan memelukku dari belakang (ngarepnye sih gitu). Handphone ku berdering lagi tapi sepertinya bukan pesan singkat maupun sebuah panggilan dari nada nya sih sepertinya mention di twitter, tapi saat aku hendak mengeceknya ia tidak berada di tempat seharusnya ia berada.

"El temenmu lucu-lucu ya?" Elisa tertawa sambil menanyakan hal itu padaku

"Temen apaan?" tanya ku

"Ini di twitter aku nge-tweet yang mention sama retweet banyak banget" Elisa masih tertawa saat mengatakan hal ini

"Emang kamu nge-tweet apaan?" aku pun mulai kepo

"Ini aku upload foto kita terus aku kasih hashtag JKT48" katanya

"Oke ini masih normal tapi mengapa bisa rame kayak gitu?" gumamku dalam hati

"Terus tweetnya apaan?" lanjutku

"Aku tulis gini w/ Shanju" ujar Elisa yang masih cekikikan

"Waaaa anjir anak ini" pikirku

"Kamu nggak marah kan el?" tanyanya yang sudah selesai tertawa

"Nggak aku nggak marah, aku marah banget" kataku

          Here we are Fx sudah di depan mata, tak sabar aku memarkirkan kendaraanku dan menuju lantai 4 untuk memasuki theater JKT48 untuk pertama kali dalam hidupku.

Friday, March 14, 2014

Entah

      
         Jendela itu masih terbuka, entah sampai kapan ia akan terduduk diam menanti seseorang yang mungkin saja tidak akan kembali untuk menemuinya lagi. Lagi ya! Lagi dan lagi selalu terulang kembali membentuk sebuah rantai pola yang tidak akan terputus bahkan oleh uraian air mata dan luka yang selalu terasa di dalam jiwanya. Jiwa yang rapuh, rapuh seakan-akan bisa hancur kapan pun ia mulai menggerakan jemarinya untuk mengusap bulir-bulir air mata yang tercipta disana.
       
         Di kala senja kembali turun, dari dalam ruangan itu hanya terdengar suara tangisan bersamaan dengan suara lirih. “Mengapa?” itulah suara yang terdengar dari ruangan itu sebuah pertanyaan yang bahkan bagi sebagian dari diriku sendiri bisa ku jawab dengan mudahnya namun sebenarnya memiliki makna mendalam dalam tiap tutur katanya.

         Dulu ia tidak seperti itu, masih tergiang di benakku masa-masa ketika ia masih sering berjalan dengan anggunnya menyusuri jalan-jalan sembari menyapa orang-orang di sekitarnya. Semua orang menyukai sifat-sifat yang ia miliki termasuk diriku, namun aku tak pernah berani untuk mengungkapkan sebuah perasaan yang mulai tercipta dalam diriku karena dirinya. Rangkaian bunga mawar sering ku tinggalkan di depan rumahnya setelah mengetuk pintu secara perlahan dan ku lihat ia mencium bunga itu dan tersenyum suatu hal yang membuat hari ku semakin berarti.

         Semua hanya ku pendam sendiri hingga kini penyesalan yang menemaniku karena kebodohan yang akhirnya membunuhku, ia sudah memiliki seseorang yang menemani hari-harinya. Apakah harus ku relakan semua ini atau ku lanjutkan saja sisa-sisa perasaan yang masih terpendam?


         Tak ada yang berubah dari sikapnya tapi semua terasa tak sama ketika satu-satunya teman yang ia miliki itu menghilang entah kemana bak ditelan oleh bumi. Bayang-bayang dari masa lalu selalu menghantui dalam mimpinya membuatnya terjaga di tengah malam tak pernah bisa menikmati mimpi yang indah sama seperti diriku kini. Segala penderitaan yang ia rasakan ku rasakan juga namun ku coba mencari pelarian dan sejenak berpaling darinya, yang pernah mengisi lembaran hidupku.

Sunday, March 2, 2014

Spin off Daily School Life and JKT48 part 00

 
      Eh, sebenarnya dari mana ya kisah ini dimulai? Mungkin satu bulan yang lalu atau mungkin satu tahun yang lalu. Seharusnya di hari pertama aku akan masuk ke sekolah dengan jenjang yang lebih tinggi, akan menjadi salah satu momen penting yang menyenangkan bagiku tapi semua sudah buruk ketika aku bangun di pagi hari. Semalam aku bermimpi aneh sekali yang ku tak tahu entah apa maknanya namun yang jelas aku berada di pinggiran pantai sendirian dan aku memandang ke arah mentari yang mulai tenggelam.

“Dirimu duduk memeluk buku di pinggiran geladak” lagu Gomen ne, Summer mulai terputar dari playlist i-pod ku.
   
    Ah, andai bisa seperti lagu ini bukan seperti keseharianku yang ku rasa selalu monoton yah tapi apakah mungkin? Entah, menurut keluarga ku aku orang yang agak aneh karena sekalipun aku perempuan tapi salahkah jika aku menyukai lagu JKT48 atau bahkan menjadi fans fanatik atau biasa mendapat sebutan WOTA.
    
   Semakin lama semakin ku sadari bahwa ada seseorang yang mendekati diriku, ia adalah seorang laki-laki. Aku mengira ia hanya berjalan santai di pinggiran pantai tapi semua salah ternyata ia menuju ke arah ku. Menurutku ia tidak terlalu tampan namun ia terlihat bersahabat dan senyumannya dapat menentramkan hatiku. Belum sempat aku menanyakan namanya, jam wekerku berbunyi nyaring.

“Oh, baru jam 7” gumamku

“Apa jam 7!” aku terpekik kaget setelah melihat lagi
   
     Rumah sudah mulai kosong, hanya ada kakak perempuanku yang sedang menulis tesisnya tentang studinya yang memilih sastra Jepang. Langsung saja aku mempersiapkan diriku untuk memasuki sekolah. Setelah siap seperti biasa kakakku langsung mengantarkanku dengan mobilnya menuju ke sekolah.

     Selama di perjalanan jantungku tak bisa berhenti berdetak dengan kencangnya, seperti hampir copot rasanya.  Akhirnya sampailah aku di depan gerbang sekolah tapi aku melihat ada seorang laki-laki yang berlari memasuki sekolah mengenakan seragam yang salah, seakan tidak peduli dengan pakaian yang ia kenakan ia berlari terburu-buru memasuki sekolah.

“Oi dek, cepetan masuk entar terlambat” kata kakakku yang menyadarkan ku dari lamunan itu

“Eh…”  hanya itu yang bisa terucap dari bibirku dan aku langsung berlari menuju sekolah

          Saat aku hendak melewati gerbang langkahku sempat berhenti karena penasaran terhadap tingkah laku satpam yang tak henti-hentinya tertawa.

“Kenapa buru-buru non” tanya pak satpam yang berusaha menahan tawanya

“Tadi ada apa pak? Kok tertawa sampai seperti itu” ujarku agak penasaran

“Oh, tadi ada anak yang konyolnya setengah mati” jawabnya

“Kalau tidak salah namanya Leon, ya nggak ji?” lanjutnya sekaligus bertanya pada temannya

“Bodo lu! Namanya Noel” tanggap satpam yang satunya

“Eh iya, tapi non si Noel itu sekalipun tololnya bukan main tapi dia baik dan pintar anaknya”  sambung satpam itu

          Aku agak penasaran dengan karakteristik Noel dan aku tidak percaya begitu saja terhadap perkataan dari para satpam tersebut. Setelah permenungan tersebut aku langsung menuju ke dalam kelas ku dan aku menyadari  bahwa pelajaran pertama adalah bahasa Inggris, pelajaran yang paling membosankan bagiku.

“Excuse me, sir” ucapku mencoba untuk sopan karena guru sudah mulai mengajar

“Kok gurunya nggak nggubris sih?” gumamku setelah beberapa lama menunggu

          Tiba-tiba seorang anak yang menurutku adalah Noel setelah ku lihat seragam yang ia kenakan berbeda dariku dan murid lainnya, ia berdiri dan mengatakan pada guru itu bahwa ada siswi di luar dan siswi itu adalah aku. Aku mulai tertarik pada anak itu, walaupun ia tidak terlalu tampan namun ku pikir ia agak manis. Setelah aku memandang ke seluruh penjuru ruangan kelas ternyata satu-satunya bangku yang tersisa berada di samping tempat duduk Noel. Aku pun duduk dan mencoba mencari tahu lebih banyak tentang diri Noel.

“Hai namaku Elisa” ucapku memulai percakapan itu

“Eh, Shania namaku Leon” kata Noel dengan pandangan mata yang kurang bisa fokus terhadap percakapan kami

“Lho kata beberapa orang namanya Noel,tapi kok Leon?” pikirku

“Ma…. Maaf ku pikir kamu Shanju btw nama asliku Noel” koreksi Noel

“El, kamu juga suka JKT48?” ujarku setelah mendengar celetukan dari Noel

“I…Iya,  kkkkamu?” ujar Noel gugup mungkin ia masih syok

“Iya, oshi mu siapa?” tanya ku yang semakin tertarik dengannya

          Noel terdiam cukup lama lalu kami dipanggil untuk maju mempresentasikan bagaimana cara introduction dalam pelajaran bahasa Inggris yang baik dan benar, tapi kok rasanya jantungku berdegup kencang lagi ya? Saat berbicara dengan Noel ah Maybe it just a feeling that I have.