Oke, pertama-tama aku mulai tulisan ini karena
sebenarnya mau cerita tentang pengalaman selama maen ke Jakarta.Pasti banyak
yang berpendapat ”Alah palingan fanfic atau sebuah cerita picisan lagi”. Tapi
kali ini suwer dah ini beneran pengalaman yang aku jalani. Kebanyakan orang
yang udah baca postingan blog dari jaman batu (kayaknya sih nggak se kuno itu
sih) pasti ngerti alasan kenapa aku ke Jakarta.
Awal sebelum berangkat itu
mirip kayak kalo mau PDKT ama perempuan. Kenapa bisa kaya PDKT? Jawabanya
karena aku harus ngerti situasi, kondisi, dan beberapa hal tentang Jakarta.
Aslinya sih udah dua kali ke Jakarta tapi rasa was-was masih tetep aja menggumpal
di dalam kepala.
Mari kita mundur beberapa waktu tepatnya pada bulan
Mei setelah konser JKT48 di Yogyakarta. Terbersit sebuah pemikiran untuk lebih
mengenal dunia peridolan lebih lanjut. Mungkin ada beberapa faktor yang
menyebabkan pemikiran tersebut salah satunya adalah rasa ingin tahu seperti apa
sih jika dapat lebih dekat dengan idolanya? Sebenarnya pada awalnya aku nggak
terlalu ngikuti perkembangan JKT48. Cuma tahu oh, lagunya begini terus isi
albumnya ini dan itu sedangkan tiap personilnya aku nggak terlalu
menghiraukannya. Tapi setelah konser, aku dan temanku yang bernama Windu
(@sehanoey) memutuskan untuk berangkat menuju theater JKT48.
Konsep dasar yang tertanam dalam di kepala kami
berdua akhirnya bisa terlaksanakan walau membutuhkan waktu yang lumayan panjang
dan gambling karena schedule dari JKT48.com yang masih belum keluar. “Oke ini
H-7 puasa, biasanya kalo puasa nggak ada theateran” pikirku mengingat seorang
teman yang pernah mengatakan hal tersebut. Lalu ada dua pilihan yang bisa aku
ambil yaitu: tetap pergi ke Jakarta dengan untung-untungan atau pergi ke
Surabaya untuk menghadiri konser dan Meet and Greet di sana. Sekarang
bayangkan, jika anda bisa melihat 71 member komplit all generation dalam satu
panggung di saat yang bersamaan. Mungkin aku menyesali tindakanku untuk
berangkat ke Jakarta dan tidak menghadiri konser tersebut karena adanya satu tragedi
yang nanti akan aku ceritakan.
H-11 sebelum tanggal yang kami rencanakan untuk
berangkat.
Kami hendak membeli tiket di Stasiun Tugu. Ternyata stasiun tugu yang
jalan masuknya dilalui lintasan kereta api (Ya iyalah, masak helipad?) tidak
menjual tiket dan kami berdua diarahkan untuk membeli tiket di stasiun yang
berada di daerah pasar kembang. Kami pikir, kami berdua akan cepat mendapatkan
tiket PP Jakarta- Jogja tapi ternyata asumsi tersebut salah. “Kayaknya sepi, eh
ternyata dapet nomer antrian 450 dan di layar tertera nomer 360 an” pikirku.
Jam menunjukkan pukul 17.15 saat kami selesai
mengisi formulir pendaftaran dan membawanya masuk ke dalam antrian. Ku kira nggak akan lama karena banyak nomer yang di skip tap ternyata jam setengah 7 malam kami baru mendapatkan tiket kereta. Sebelum dapet tiket kira-kira satu jam sebelumnya, ada seseorag yang ikut nitipin antrian. Sebenarnya aku agak enggan untuk membantunya tapi berkat kata-kata sakti si Windu yang mengataka "Tanya teman saya saja yang membawa antrian tiket" Tapi itu ga papa lah, itung-itung nolongin orang. Sialnya, pada tanggal 22 Juli yang kami rencanakan untuk berangkat, tiketnya sudah habis. Kami pun berencana untuk berangkat pada tanggal 23 dengan selisih harga yang lumayan banyak.
H-1 sebelum keberangkatan
Setelah kordinasi mengenai banyak hal kami akhirnya siap jasmani dan rohani untuk menuju ke Fx Sudirman. Lucunya, pada hari itu aku diumumkan verif theater team KIII Seishun Girls sedangkan Windu nggak apply theater. Pusing sih pusing, tapi aku ngusahain segala macam cara. Kayak minta bantuan di Facebook, Line, dan Twitter.
Yak, ceritanya sampai sini dulu lanjutanya ada di bagian Biarkanlah Twitter Bercerita (Perjalanan). Hehehehehe maaf kalau ada hal yang kurang dan jangan lupa ngecheck blog ini kalau udah mulai share update nya.