Sunday, February 23, 2014

Daily School Life and JKT48 Part 4


“El, hari Sabtu lu ada acara ga?” tanya Nada teman perempuan yang juga teman sekelasku dulu

“Eh, nggak emangnya kenapa?” balasku

“Gue punya tiket ke theater JKT nih, aslinya mau gue kasih ke si Jimmy tapi orangnya sibuk” katanya dengan nada sangat kecewa

“Oke deh, kamu bareng aku aja yang ke FX” ajakku sebagai tanda terima kasih diajak nonton gratis

          Sebenarnya aku sangat senang karena sudah sedari lama aku ingin pergi ke theater JKT48 namun aku tidak memiliki waktu dan kesempatan. Kini akhirnya kesempatan datang padaku di waktu yang tidak dapat ku duga. Saat aku hendak kembali ke tempat dudukku, Elisa langsung mengajakku berbicara.

“Maafin aku ya el” katanya mengawali pembicaraan itu

“Lho, kenapa aku harus maafin kamu?” tanyaku dengan nada kebingungan dan memandang matanya yang mulai berkaca-kaca

“Karena aku ngajakin kamu ke kantin akhirnya kamu dapat masalah” lanjutnya dan air matanya mulai menetes dengan perlahan-lahan

          Belum sempat aku mengatakan sepatah pun kata, semua murid memandang ke arah aku dan Elisa. Hal ini mungkin tidak disadari Elisa namun tiba-tiba si Vanya, salah satu siswi di kelasku mengatakan bahwa aku melakukan suatu hal yang buruk kepada Elisa dan perkataan itu menimbulkan sebuah persepsi yang salah. Langsung saja Boris, salah satu siswa yang berbadan besar menghambur ke arahku dan hampir saja menyeretku jika saja aku tidak mengelak. Ku kira Boris memiliki sebuah perasaan suka terhadap Elisa apalagi pada jam bahasa Inggris dan Matematika Boris selalu mencoba mencuri perhatian Elisa.

“Kamu apakan Elisa el!” bentaknya siap untuk menghajarku

“Tunggu dulu ini cuma salah paham” kataku mencoba mengklarifikasi hal ini
“Salah paham gimana? Elisa nangis makin kenceng nih el” kata Tami sahabat perempuan Elisa yang mencoba menenangkan Elisa.

“Boris aku nggak mau cari masalah samu kamu!” ujarku dengan nada yang sedikit keras karena malas untuk berkelahi

“Udah deh nggak usah banyak ngomong!” balasnya dengan nada yang semakin tinggi

          Perkataan Tami semakin mendorong Boris untuk mendaratkan tinjunya ke kepalaku dan tanpa ku sadari aku dan Boris sudah ada di depan kelas di kelilingi murid lain yang melingkari aku dan Boris. Boris yang sedari tadi siap menghajarku mulai berlari menuju ke tempatku berpijak dan kedua tangannya siap memukulku. Aku menghindar ke arah belakang Boris dan aku tending saja kakinya, Boris terjatuh dan saat ia lengah aku kunci saja kaki dan tangannya.

“Kan, tadi udah aku bilangin juga” ku bisikan kata kepada Boris

“Oke deh, aku nyerah” katanya mulai kalem

          Ku lepaskan kuncianku dan saat aku berbalik hampir saja Boris memukul kepala bagian belakangku jika saja aku tidak merunduk dan memukul perutnya. Boris langsung pingsan padahal aku tidak serius memukulnya dan di saat bersamaan datanglah Pak Sarjo guru BP dan Alex ketua kelasku.

“Ada apa ini?” Tanya Pak Sarjo namun setelah ia melihat Boris terkapar ia langsung menyadari perbuatan seorang anak yang terlalu banyak nonton film silat selain mendengarkan JKT48

“Noel ikut saya sedangkan yang lain bawa Boris ke UKS segera” kata Pak Sarjo

          Sesampainya di ruang BP Pak Sarjo langsung mencermahi diriku tentang berbagai macam hal dan aku tahu dimana semua hal ini akan bermuara, hukuman. Kenapa hukuman selalu menjadi konsekuensi dari berbagai hal? Dan yang lebih membuatku heran kenapa Pak Sarjo langsung mempercayai Alex yang mengatakan bahwa aku yang memulai perkelahian itu tanpa memeriksa bukti yang ada dan bertanya kepada saksi lain? Di saat genting itulah, datang Elisa dan Tami.

“Pak ini bukan salah Noel” kata mereka hampir bersamaan

“Kalian yakin?” Tanya Pak Sarjo yang mengalihkan pandanganya dariku

“Iya, yang membuat permasalahan sebenarnya Boris” kata Tami

“Jangan hukum Noel, atas kesalahan yang tidak ia lakukan pak” kata Elisa

“Berarti setelah Boris sadar, saya akan memintanya untuk menghadap saya” tegas Pak Sarjo

“ Tapi, jangan hukum Boris pak” pintaku yang menjelaskan segalanya dari awal


          Akhirnya Pak Sarjo mau mendengarkanku, dan aku berharap semua permasalahana ini cepat selesai tanpa menimbulkan permasalahan yang baru.