“El, hari Sabtu lu ada acara ga?” tanya Nada teman
perempuan yang juga teman sekelasku dulu
“Eh, nggak emangnya kenapa?” balasku
“Gue punya tiket ke theater JKT nih, aslinya mau gue
kasih ke si Jimmy tapi orangnya sibuk” katanya dengan nada sangat kecewa
“Oke deh, kamu bareng aku aja yang ke FX” ajakku sebagai
tanda terima kasih diajak nonton gratis
Sebenarnya
aku sangat senang karena sudah sedari lama aku ingin pergi ke theater JKT48
namun aku tidak memiliki waktu dan kesempatan. Kini akhirnya kesempatan datang
padaku di waktu yang tidak dapat ku duga. Saat aku hendak kembali ke tempat
dudukku, Elisa langsung mengajakku berbicara.
“Maafin aku ya el” katanya mengawali pembicaraan itu
“Lho, kenapa aku harus maafin kamu?” tanyaku dengan
nada kebingungan dan memandang matanya yang mulai berkaca-kaca
“Karena aku ngajakin kamu ke kantin akhirnya kamu
dapat masalah” lanjutnya dan air matanya mulai menetes dengan perlahan-lahan
Belum
sempat aku mengatakan sepatah pun kata, semua murid memandang ke arah aku dan
Elisa. Hal ini mungkin tidak disadari Elisa namun tiba-tiba si Vanya, salah
satu siswi di kelasku mengatakan bahwa aku melakukan suatu hal yang buruk
kepada Elisa dan perkataan itu menimbulkan sebuah persepsi yang salah. Langsung
saja Boris, salah satu siswa yang berbadan besar menghambur ke arahku dan
hampir saja menyeretku jika saja aku tidak mengelak. Ku kira Boris memiliki
sebuah perasaan suka terhadap Elisa apalagi pada jam bahasa Inggris dan
Matematika Boris selalu mencoba mencuri perhatian Elisa.
“Kamu apakan Elisa el!” bentaknya siap untuk
menghajarku
“Tunggu dulu ini cuma salah paham” kataku mencoba
mengklarifikasi hal ini
“Salah paham gimana? Elisa nangis makin kenceng nih
el” kata Tami sahabat perempuan Elisa yang mencoba menenangkan Elisa.
“Boris aku nggak mau cari masalah samu kamu!” ujarku
dengan nada yang sedikit keras karena malas untuk berkelahi
“Udah deh nggak usah banyak ngomong!” balasnya
dengan nada yang semakin tinggi
Perkataan
Tami semakin mendorong Boris untuk mendaratkan tinjunya ke kepalaku dan tanpa
ku sadari aku dan Boris sudah ada di depan kelas di kelilingi murid lain yang
melingkari aku dan Boris. Boris yang sedari tadi siap menghajarku mulai berlari
menuju ke tempatku berpijak dan kedua tangannya siap memukulku. Aku menghindar ke
arah belakang Boris dan aku tending saja kakinya, Boris terjatuh dan saat ia
lengah aku kunci saja kaki dan tangannya.
“Kan, tadi udah aku bilangin juga” ku bisikan kata
kepada Boris
“Oke deh, aku nyerah” katanya mulai kalem
Ku
lepaskan kuncianku dan saat aku berbalik hampir saja Boris memukul kepala
bagian belakangku jika saja aku tidak merunduk dan memukul perutnya. Boris
langsung pingsan padahal aku tidak serius memukulnya dan di saat bersamaan
datanglah Pak Sarjo guru BP dan Alex ketua kelasku.
“Ada apa ini?” Tanya Pak Sarjo namun setelah ia
melihat Boris terkapar ia langsung menyadari perbuatan seorang anak yang
terlalu banyak nonton film silat selain mendengarkan JKT48
“Noel ikut saya sedangkan yang lain bawa Boris ke
UKS segera” kata Pak Sarjo
Sesampainya
di ruang BP Pak Sarjo langsung mencermahi diriku tentang berbagai macam hal dan
aku tahu dimana semua hal ini akan bermuara, hukuman. Kenapa hukuman selalu
menjadi konsekuensi dari berbagai hal? Dan yang lebih membuatku heran kenapa
Pak Sarjo langsung mempercayai Alex yang mengatakan bahwa aku yang memulai
perkelahian itu tanpa memeriksa bukti yang ada dan bertanya kepada saksi lain?
Di saat genting itulah, datang Elisa dan Tami.
“Pak ini bukan salah Noel” kata mereka hampir
bersamaan
“Kalian yakin?” Tanya Pak Sarjo yang mengalihkan
pandanganya dariku
“Iya, yang membuat permasalahan sebenarnya Boris”
kata Tami
“Jangan hukum Noel, atas kesalahan yang tidak ia
lakukan pak” kata Elisa
“Berarti setelah Boris sadar, saya akan memintanya
untuk menghadap saya” tegas Pak Sarjo
“ Tapi, jangan hukum Boris pak” pintaku yang
menjelaskan segalanya dari awal
Akhirnya
Pak Sarjo mau mendengarkanku, dan aku berharap semua permasalahana ini cepat
selesai tanpa menimbulkan permasalahan yang baru.