Elisa dan
kakaknya memasuki rumah sebelum aku beranjak pergi, mereka melambaikan tangan
pada ku tapi rona kemerahan pada wajah kakak Elisa masih ada ketika lambaian
tangan itu usai.
Aku
berkendara pulang dan ketika aku melihat ke arah jam tangan yang ku pakai
jantungku hampir copot rasanya. Jam menunjukkan angka 2 dan 12 yang menyatakan
ini sudah jam 2 pagi yang lebih mengejutkanku, ini hari Sabtu!.
Yaaaa! Aku
memacu kendaraanku sekencang mungkin agar dapat mencapai rumah untuk
beristirahat. Tapi semuanya sudah terlambat ketika aku sampai di rumah dan aku
mencoba opsi terakhir yang akan diambil sebelum harakiri yaitu meminum kopi
lampung dengan takaran kafein berlebihan yang ku rasa bahkan bisa membunuh
sekawanan gajah Afrika.
Baru ku sadari bahwa kedua DVD yang dibawa
Elisa masih tertinggal di ruang tamu dan akhirnya ku tonton sendiri kedua DVD
itu. Tanpa ku sadari ayam tetangga berkokok lagi, ingin sekali aku menembakkan
batu menggunakan ketapel ku karena suara kokokan ayam yang mirip orang tertawa
namun sangat menjengkelkan.
Aku hendak
menuju kamar mandi tiba-tiba terdengar suara dari dalam handphone ku, saat ku
lihat ternyata aku mendapat pesan singkat dari Elisa.
“El, ntar jemur aku kutabatrengan ke sekolag” tulisnya
“Apaan nih? typo parah ni bocah” pikirku
Oke, aku
bisa menangkap maksudnya lalu aku bersiap berangkat ke sekolah dan mengantar
Elisa. Ku siapkan semua barang yang ku perlukan beserta dua DVD milik Elisa tak
lupa ku masukkan ke dalam tas ku. Ku pikir kedua orang tua dan kakakku masih
tertidur sampai ku lihat ayah ku mondar-mandir mencari remote tv yang biasanya
sih disembunyikan kakak karena keasyikan nonton drama korea.
“Lho kak, tisunya dihabisin lagi ya?” kata ku
“Hiks, apa?” kata kakak ku ketika melihat aktor perempuan
yang sama emaknya dilarang nikah ama pacar cowoknya karena keluarga mereka udah
musuhan dari lama.
Aku bingung
kenapa kakak selalu nangis waktu nonton drama korea. Pernah suatu hari aku
asyik nonton kung fu hustle dan pada saat peran antagonisnya siap mengeluarkan
jurus kodok nya dan si tokoh utama juga udah nyiapin jurus tapak Budha nya,
kakak tiba-tiba nangis dengan kerasnya.
“Huaaa, jangan bunuh dia kasihan ceweknya ntar nggak bisa
nikah sama cinta pertamanya” kata kakak
“Ha’a ini kan film kung fu Cina kenapa kakak nangis?” gumamku
dalam hatiku
“Kak, ini film kung fu” kata ku mencoba mengecek apa kakak
ku masih waras
“Oh, ini film laga” ujarnya setelah menyadari hal ini
Ya udah deh
kalo tisu nya dihabisin kan masih ada lap kacamata, tapi saat ku cari benda itu
di kotak kaca mata ku aku tidak menemukannya.
”Ini pasti perbuatan ayah” pikirku
“Yah, lap ku mana?” teriakku dari ruang keluarga
“Lap apa?” tanya ayahku yang mendatangi aku dan kakakku
“Lap kacamata” jawab ku
“Pake lap mobil aja sana kan sama bahannya, punya mu baru
dipakai ayah” kata ayah dengan santainya
“Wah, lawak nih” kata ku yang langsung menyiapkan sarapan
untukku sendiri karena mama belum bangun
Aku menuju
dapur dan mencari apa yang bisa ku makan, ku dapati berbagai macam sayur daging
dan telur. Setelah mengecek jam dan ku pikir masih banyak waktu yang tersisa
akhirnya ku putuskan untuk membuat omelet yang sederhana namun penuh warna.
Aroma harum mulai tercium dari omelet itu, tapi ada satu hal yang ku takutkan
dan akhirnya menjadi kenyataan
“El, kamu buat omelet ya?” tanya kakak dan ayahku
“Nggak aku cuma masak telur” ujarku berbohong
“Ah, pasti bo’ong” kata kakakku
“Kenapa sekali aja aku nggak pernah bisa bohong dan nggak
ketahuan” pikirku
“Ayah buatin dong untuk bekal di kantor” sambung ayahku
“Kakak juga buat cemilan” kata kakakku
Dengan
terpaksa aku membuatkan omelet untuk ayah dan kakakku. Walau membuatnya
terburu-buru tapi ketika kakak dan ayah mencicipinya mereka bilang enak dan
ekspresi di wajah mereka juga mengatakan hal yang sama.
Syukurlah
aku bisa membahagiakan orang yang dekat denganku walau dengan hal yang
sederhana.
Sekarang
tiba saatnya aku menjemput Elisa, ku panaskan mesin motorku dan siap untuk
melaju menuju rumah Elisa. Sesampainya di rumah Elisa aku memarkirkan motor di
depan gerbang rumahnya dan memencet bel rumahnya.
“Tunggu sebentar” kata sebuah suara dari dalam rumah
Ku pikir itu
suara Elisa tapi saat ia membukakan gerbang aku baru menyadari bahwa itu adalah
kakak Elisa. Aku mengira bahwa peristiwa semalam sudah dilupakan oleh kakak
Elisa, namun ternyata peristiwa semalam masih diingat oleh kakak Elisa.
“Eh, Noel” katanya setengah kaget
“Elisanya ada kak?” tanya ku
“Eeh, cari Elisa bukan nyariin…” belum sempat ia menuntaskan perkataannya Elisa
datang menghampiri aku dan kakak nya.
“Eh, Noel udah ketemu kakak” katanya dengan santai
“Sudah berangkat sana” kata kakak Elisa sambil mendorong
pundak Elisa
Kakak Elisa
melambaikan tangannya tapi saat ku tatap wajahnya ia menjadi salah tingkah.
Elisa pun menyadari hal ini namun ia tidak merasa ganjil mungkin karena sikap
kakaknya yang memang begitu adanya. Suasana jalan yang padat namun aku dan
Elisa tidak merasakan penat sedikit pun dan kami saling bercanda di sepanjang
perjalanan.
Percakapan kami terhenti ketika aku dan
Elisa mendengar suara klakson mobil yang memekakkan telinga dari belakang. Ku
pikir itu mobil ayahku karena merek dan warna yang sama namun ketika mobil itu
melintas dan aku melihat ke dalamnya, aku melihat sosok samar-samar namun aku
yakin bahwa orang itu memakai seragam yang sama seperti yang aku dan Elisa
kenakan.