Tuesday, February 25, 2014

Daily Life School and JKT48 Part 8


          Elisa dan kakaknya memasuki rumah sebelum aku beranjak pergi, mereka melambaikan tangan pada ku tapi rona kemerahan pada wajah kakak Elisa masih ada ketika lambaian tangan itu usai.

          Aku berkendara pulang dan ketika aku melihat ke arah jam tangan yang ku pakai jantungku hampir copot rasanya. Jam menunjukkan angka 2 dan 12 yang menyatakan ini sudah jam 2 pagi yang lebih mengejutkanku, ini hari Sabtu!.

          Yaaaa! Aku memacu kendaraanku sekencang mungkin agar dapat mencapai rumah untuk beristirahat. Tapi semuanya sudah terlambat ketika aku sampai di rumah dan aku mencoba opsi terakhir yang akan diambil sebelum harakiri yaitu meminum kopi lampung dengan takaran kafein berlebihan yang ku rasa bahkan bisa membunuh sekawanan gajah Afrika.

          Baru ku sadari bahwa kedua DVD yang dibawa Elisa masih tertinggal di ruang tamu dan akhirnya ku tonton sendiri kedua DVD itu. Tanpa ku sadari ayam tetangga berkokok lagi, ingin sekali aku menembakkan batu menggunakan ketapel ku karena suara kokokan ayam yang mirip orang tertawa namun sangat menjengkelkan.

          Aku hendak menuju kamar mandi tiba-tiba terdengar suara dari dalam handphone ku, saat ku lihat ternyata aku mendapat pesan singkat dari Elisa.

“El, ntar jemur aku kutabatrengan ke sekolag” tulisnya

“Apaan nih? typo parah ni bocah” pikirku

          Oke, aku bisa menangkap maksudnya lalu aku bersiap berangkat ke sekolah dan mengantar Elisa. Ku siapkan semua barang yang ku perlukan beserta dua DVD milik Elisa tak lupa ku masukkan ke dalam tas ku. Ku pikir kedua orang tua dan kakakku masih tertidur sampai ku lihat ayah ku mondar-mandir mencari remote tv yang biasanya sih disembunyikan kakak karena keasyikan nonton drama korea.

“Lho kak, tisunya dihabisin lagi ya?” kata ku

“Hiks, apa?” kata kakak ku ketika melihat aktor perempuan yang sama emaknya dilarang nikah ama pacar cowoknya karena keluarga mereka udah musuhan dari lama.

          Aku bingung kenapa kakak selalu nangis waktu nonton drama korea. Pernah suatu hari aku asyik nonton kung fu hustle dan pada saat peran antagonisnya siap mengeluarkan jurus kodok nya dan si tokoh utama juga udah nyiapin jurus tapak Budha nya, kakak tiba-tiba nangis dengan kerasnya.

“Huaaa, jangan bunuh dia kasihan ceweknya ntar nggak bisa nikah sama cinta pertamanya” kata kakak

“Ha’a ini kan film kung fu Cina kenapa kakak nangis?” gumamku dalam hatiku

“Kak, ini film kung fu” kata ku mencoba mengecek apa kakak ku masih waras

“Oh, ini film laga” ujarnya setelah menyadari hal ini

          Ya udah deh kalo tisu nya dihabisin kan masih ada lap kacamata, tapi saat ku cari benda itu di kotak kaca mata ku aku tidak menemukannya.

”Ini pasti perbuatan ayah” pikirku

“Yah, lap ku mana?” teriakku dari ruang keluarga

“Lap apa?” tanya ayahku yang mendatangi aku dan kakakku

“Lap kacamata” jawab ku

“Pake lap mobil aja sana kan sama bahannya, punya mu baru dipakai ayah” kata ayah dengan santainya

“Wah, lawak nih” kata ku yang langsung menyiapkan sarapan untukku sendiri karena mama belum bangun

          Aku menuju dapur dan mencari apa yang bisa ku makan, ku dapati berbagai macam sayur daging dan telur. Setelah mengecek jam dan ku pikir masih banyak waktu yang tersisa akhirnya ku putuskan untuk membuat omelet yang sederhana namun penuh warna. Aroma harum mulai tercium dari omelet itu, tapi ada satu hal yang ku takutkan dan akhirnya menjadi kenyataan

“El, kamu buat omelet ya?” tanya kakak dan ayahku

“Nggak aku cuma masak telur” ujarku berbohong

“Ah, pasti bo’ong” kata kakakku

“Kenapa sekali aja aku nggak pernah bisa bohong dan nggak ketahuan” pikirku

“Ayah buatin dong untuk bekal di kantor” sambung ayahku

“Kakak juga buat cemilan” kata kakakku

          Dengan terpaksa aku membuatkan omelet untuk ayah dan kakakku. Walau membuatnya terburu-buru tapi ketika kakak dan ayah mencicipinya mereka bilang enak dan ekspresi di wajah mereka juga mengatakan hal yang sama.

          Syukurlah aku bisa membahagiakan orang yang dekat denganku walau dengan hal yang sederhana.

          Sekarang tiba saatnya aku menjemput Elisa, ku panaskan mesin motorku dan siap untuk melaju menuju rumah Elisa. Sesampainya di rumah Elisa aku memarkirkan motor di depan gerbang rumahnya dan memencet bel rumahnya.

“Tunggu sebentar” kata sebuah suara dari dalam rumah

          Ku pikir itu suara Elisa tapi saat ia membukakan gerbang aku baru menyadari bahwa itu adalah kakak Elisa. Aku mengira bahwa peristiwa semalam sudah dilupakan oleh kakak Elisa, namun ternyata peristiwa semalam masih diingat oleh kakak Elisa.

“Eh, Noel” katanya setengah kaget

“Elisanya ada kak?” tanya ku

“Eeh, cari Elisa bukan nyariin…”  belum sempat ia menuntaskan perkataannya Elisa datang menghampiri aku dan kakak nya.

“Eh, Noel udah ketemu kakak” katanya dengan santai


“Sudah berangkat sana” kata kakak Elisa sambil mendorong pundak Elisa

        Kakak Elisa melambaikan tangannya tapi saat ku tatap wajahnya ia menjadi salah tingkah. Elisa pun menyadari hal ini namun ia tidak merasa ganjil mungkin karena sikap kakaknya yang memang begitu adanya. Suasana jalan yang padat namun aku dan Elisa tidak merasakan penat sedikit pun dan kami saling bercanda di sepanjang perjalanan.

        Percakapan kami terhenti ketika aku dan Elisa mendengar suara klakson mobil yang memekakkan telinga dari belakang. Ku pikir itu mobil ayahku karena merek dan warna yang sama namun ketika mobil itu melintas dan aku melihat ke dalamnya, aku melihat sosok samar-samar namun aku yakin bahwa orang itu memakai seragam yang sama seperti yang aku dan Elisa kenakan.