Tuesday, September 8, 2015

Sebuah Drama


    Sebenarnya kita tidak memerlukan adanya sebuah drama, toh hidup kita sudah dipenuhi oleh drama. Jadi mengapa kita harus merepotkan diri dengan segala pernak-pernik yang bahkan tanpa kita sadari, sebenarnya kita tidak memerlukannya? Sesungguhnya jika diharuskan untuk memilih antara meluangkan waktu untuk membuat suatu naskah drama (yang bahkan saya rasa tidak relevan dengan tujuan awal) atau mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh dosen, saya lebih memilih untuk mengambil pilihan yang kedua.
   
   Pilihan yang saya ambil akan sangat logis karena saya menyadari bahwa konsekuensi dari mengerjakan tugas dengan setotalitas yang saya bisa maka saya akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan ekspektasi saya. 
      
    Pernahkah teman-teman berpikir atau bahkan merefleksikan kejadian sehari-hari yang terjadi di sekitar anda, sudah seperti drama itu sendiri? Pernahkah kalian merasa bahagia layaknya Sitti Nurbaya yang bisa bertemu dengan Samsul Bahri? Atau pernahkah kalian harus mengorbankan suatu hal yang berharga demi cinta yang fana seperti roman Romeo dan Juliet? Mungkin masih banyak lagi peristiwa yang terjadi di sekitar kalian dan "berjalan" seperti sebuah drama.

    Mungkin drama adalah suatu karya yang diambil dari peristiwa nyata yang di"dramatisasi" atau mungkin drama adalah satir bagi kehidupan kita yang bahkan lebih "alay" dari cerita-cerita dalam drama. Segala kemungkinan itu bisa terjadi karena drama memanglah tidak penting bagi kita.

     Banyak ahli yang berpendapat bahwa drama itu penting karena banyak faktor, tapi menurut saya itu hanyalah bullshit karena kehidupan lebih dramatis dari drama itu sendiri. 

    Timbullah suatu pertanyaan, pentingkah sebuah di kehidupan moderen di mana tiap individu hidup dengan ego masing-masing? Dan menurut saya hal ini tidaklah penting karena kita sebagai manusia telah kehilangan esensi kita, kita mulai apatis. Selalu mementingkan apa yang menurut "diriku" penting tanpa mempertimbangkan kepentingan bersama dan konsekuensi dari hal yang kita perbuat. 

   Kita selalu membatasi diri kita dengan waktu tanpa berani bermimpi dan mencoba setotalitas mungkin untuk mewujudkan mimpi tersebut. Bukankah dahulu pergi menuju ke bulan atau bahkan planet lain adalah suatu asa belaka? Bukankah dahulu kemerdekaan hanyalah impian semu belaka? Tapi bagaimana faktanya kini? Semua orang yang berani bermimpi HARUS berani untuk berusaha semaksimal mungkin untuk mewujudkan mimpinya.

     Jadi apa tujuan saya membuat tulisan ini? Tulisan ini saya buat untuk menjadi bahan refleksi bagi diri kita untuk memikirkan apakah "drama" itu masih penting bagi diri kita dan menjadi suatu bahan evaluasi bersama untuk berani berusaha keras dalam mewujudkan mimpi bersama.