Thursday, February 27, 2014

Panic Before the Show (Daily Life School and JKT48 Part 11)


          Pukul 3 sore semua dinamika itu selesai dan aku mendapat banyak kenalan baru dari ekskul itu, ketika aku hendak menghampiri Elisa lagi-lagi Bu Surti menghadang jalan ku tapi Elisa sudah mengetahui hal ini dan ia langsung berlari ke arah ku.

“Seperti yang saya harapkan” Bu Surti mengucapkannya dengan nada yang puas

“Bagaimana bu?” tanya ku agak penasaran dengan apa yang baru saja diucapkan oleh Bu Surti

“Satu bulan lagi, sekolah kita akan mengadakan pertunjukkan yang akan diisi oleh beberapa ekskul seni dan tiga bulan sesudahnya sekolah harus mengirimkan perwakilan untuk mengikuti pekan seni yang diikuti beberapa sekolah di regional wilayah kita dan saya merekomendasikan agar kamu ditunjuk sebagai perwakilan dari sekolah” penjelasan panjang itu berakhir

“Dan setelah pertunjukan tadi, saya kira ekspektasi saya terhadap dirimu tidaklah salah” sambung Bu Surti

“Ternyata selama ini aku salah sangka karena ku kira Bu Surti membenci diriku” lamunku

“Noel, ada satu pertanyaan yang saya ingin tanyakan dan saya harap kamu merahasiakannya dari siapa pun” ujar Bu Surti secara tiba-tiba

“Tantang apa bu?” tanyaku yang tak tahu ke mana arah pembicaraan tersebut

“Menurutmu apakah putri saya cantik?” ujar Bu Surti yang mengejutkan diriku

          Baru saja aku hendak mengucapkan beberapa buah kata datanglah Dinda bersama Nada dan Cigull yang masih berada di sekolah. Adalah suatu kebodohan jika aku mengatakan bahwa Dinda tidaklah menawan karena Dinda seperti replika hidup dari Ve member JKT 48, namun jika aku mengatakan ya maka hatiku akan terbagi apalagi Elisa juga ada disebelahku. Huh, sebuah dilemma yang kompleks.

          Bu Surti langsung berlalu dengan senyum kecil seakan mengisyaratkan padaku bahwa aku memiliiki perasaan suka pada Dinda begitu pula Dinda yang juga memiliki perasaan itu padaku. Akhirnya  kami berlima beerkumpul dan Cigull pun mulai berbicara.

“Noel, maafin perbuatan ku tadi ya?” ujarnya

“Eh, yang mana?” tanya ku mencoba mengingat-ingat

“Yang pas di panggung tadi” lanjut Cigull

“Lho, yang tadi di panggung kamu serius? Ku kira itu akting” ucapku dengan santai

“Ok nggak papa kok” sambungku

“Eh, sekarang jam berapa?” tanya Nada yang sedari tadi hanya diam

“Jam 5 sore emangnya ada apa?” Dinda balas bertanya dengan lugunya

“Ha’ah udah jam 5?!” kata ku, Elisa, Nada dan Cigull hampir berbarengan sekaligus panik

“Emangnya jam 5 ada apa?” tanya Dinda seolah-olah tidak mengetahui apa-apa

“Inget nggak kemarin aku ajakin nonton show JKT48 di theaternya?” Elisa balik bertanya pada DInda

“He’eh” jawab Dinda

“Nah, jadwal shownya hari ini jam 8 malam” sambung Elisa

“Owh, jadi shownya hari ini jam 8” kata Dinda masih belum sadar

“Ha’a shownya ntar malem jam 8!” kata Dinda tersadar

          Hal yang terpenting sekarang janganlah panik, langsung saja aku mengambil telepon genggamku dan ku hubungi kakakku. Namun jawaban yang sama selalu berbunyi dari ujung telepon di sana, maaf nomor yang anda tuju tidak aktif cobalah beberapa saat lagi. Akhirnya keputusasaan melanda diriku, ku lempar handphone itu ke lantai namun belum sempat handphone itu menyetuh tanah Elisa langsung menangkapnya.

“Kamu nggak boleh putus asa el!” ucap Elisa seraya mencoba menelepon kakakku lagi

          Akhirnya telepon itu diangkat namun terdengar suara dialek Jepang dari penerima panggilan tersebut. Ku pikir aku salah sambung hingga akhirnya ku sadari bahwa Haruka-lah yang mengangkat telepon itu.

“Kamu harus denger ini” kataku pada Elisa

“Apa sih” tanya Elisa agak risih tapi…

“Haruka-chan!” teriaknya kegirangan

          Jadi, aku mengatur agar keempat temanku berboncengan dengan kakakku yang kebetulan juga membawa Akicha, Haruka, Rena-chan, dan kakak Elisa. Yang membingungkanku lagi bagaimana mungkin mobil bisa mengangkut penumpang sebanyak itu dan mengapa kakak Elisa bisa ikut mobil itu? Well I guess I will know the answer soon.

Saat Ekstrakulikuler (Daily Life School and JKT48 Part 10)

 
        Tak selang berapa lama, aku dan Elisa sudah sampai di depan kelas Dinda dan hal yang mengejutkanku adalah Bu Surti menghadangku sebelum aku dan Elisa sempat masuk ke dalam kelas Dinda.

“Noel” kata Bu Surti mengawali pembicaraan itu

“Waduh, aku lupa kalo hari ini harus mengikuti ekstra teater” gumamku dalam hati

“Iya bu, ada apa ya?” tanya ku

“Kamu tidak lupa bahwa hari ini kamu harus menghadiri ekskul teater kan?” balas Bu Surti 
menganggapi pertanyaanku

“Tidak bu” spontan kata itu keluar dari mulutku

“Maksud saya, tidak lupa bu” sambungku sebelum Bu Surti salah mengintepretasikan kata-kata ku

“Jangan lupa nanti ekskul di mulai jam 12” lanjut Bu Surti

“Siap bu” kata ku

          Dan ajaibnya saat aku menoleh ke belakang untuk mencari Elisa, tak ku dapati seorang pun di belakangku. Mungkin Elisa telah memasuki ruang kelas Dinda, tapi saat aku memasuki ruang kelas Dinda tidak ada seorang pun di dalam. Kebingungan itu berlanjut sampai tepat pukul 12 siang, dan akhirnya aku langsung menuju ruang ekskul untuk mengikuti ekskul teater.

          Hal yang mengejutkanku berikutnya, aku adalah satu-satunya laki-laki di ruangan itu dan hal ini membuatku sedikit gugup. Aku hanya duduk dipojok ruangan, sendirian berharap tidak ada yang memperhatikan segala yang ku lakukan.

“Noel” terdengar suara dari seseorang yang tidak asing memanggil ku

“Ya?” jawabku sambil mencoba mencari dari mana suara itu berasal

          Hal selanjutnya yang tak ku duga dari ucapanku tadi, seisi ruangan menengok ke arahku dan saat ku lihat ekspresi wajah dari hampir semua siswi yang bercampur antara kaget dan kagum. Ku sadari bahwa pemilik suara itu adalah Cigull. Ku pikir ia telah berangkat menuju theater JKT48 di FX Sudirman tapi mengapa ia masih berada di sini?

“Yak, selanjutnya silahkan Gabriel Noel untuk memperkenalkan diri” kata seseorang yang menggunakan pengeras suara dan aku yakin bahwa suara itu dimiliki oleh salah satu senior

“Eh” kata ku sambil menunjuk ke arahku sendiri

“Iye blo’on” spontan kata itu keluar dari mulut senior itu yang mungkin ia tidak sadari

          Senior itu turun dari panggung dengan wajah memerah karena malu dan disambut dengan gelak tawa yang membahana di aula. Aku maju dengan canggung dan sempat tersandung tapi masih bisa berdiri dan tersenyum. Beberapa orang sempat terpekik kaget ketika aku terantuk karpet yang tidak rata itu.

“Halo apa mic ini nyala?” ku coba pengeras suara itu dan ternyata suara itu menggema di aula yang lumayan besar itu

“Ya, nama saya Noel salam kenal” ujarku mengawali perkenalan itu

“Pacarnya Elisa ya? Ciyeee” sambung beberapa orang yang duduk di bagian belakang

“Bukan, ehm belum” candaku

“Paan sih el” suara itu berasal dari barisan depan dan aku hafal siapa pemilik suara itu

“Elisa” kata ku masih menggunakan pengeras suara

          Untunglah yang berada di aula hanya beberapa senior yang kebetulan adalah kenalan ku, beberapa junior, dan sisanya yang juga mayoritas hadirin adalah para siswi yang seangkatan denganku. Ku pikir Elisa pergi entah kemana ternyata ia, Dinda, Nada dan Cigull mengikuti ekskul yang sama denganku.

          Setelah beberapa saat seusai aku memperkenalkan diriku, terlihat tatapan yang tidak mengenakkan hati ku yang berasal dari beberapa senior. Oke, salah satu hal yang menjadikan sekolah ku terkenal dan mungkin juga salah satu hal yang dapat dibanggakan dari sekolahku adalah senioritas. Hal ini lumayan membuatku jengkel tapi apa daya jika aku hanyalah seorang junior culun dan tak dapat melawan mereka secara fisik karena mereka adalah perempuan, tapi aku tak kehabisan akal.

“Untuk sesi selanjutnya, beberapa kakak kelas akan menampilkan sebuah sandiwara sederhana ada sukarelawan?” tanya pembawa acara

          Aku langsung mengacungkan tangan dan seperti yang dapat ku duga aku terpilih untuk menjadi salah satu sukarelawan. Ini saatnya aku untuk membuktikan bahwa junior tak selamanya kalah oleh superioritas seniornya, mereka menjadi senior karena lebih cepat lahir daripada junior bukan karena junior selalu lebih bodoh daripada seniornya.

“Ah, ngapain sih kok dari tadi ditunggu nggak datang-datang” itulah kata yang menjadi pembuka yang menurutku lebih mirip dengan sinetron daripada teater

“Maaf,membuatmu lama menunggu” kata tokoh laki-lakinya yang kebetulan adalah aku

“Gue capek dengan hubungan kita yang semakin lama semakin nggak jelas” balas senior itu

“Tapi,….” Belum sempat aku menyelesaikan kata-kata itu, langsung saja dipotong oleh Lusi sang senior yang memerankan tokoh perempuan

“Pokoknya kita putus” ujarnya hendak berlalu meninggalkan ku jika saja tidak ku tahan tangannya

“Ini nggak ada di skrip woi” kata itulah yang dapat ku intepretasikan dari ekspresinya yang mulai kebingungan

“Memangnya ada skrip?” kutunjukkan kata itu lewat senyuman ku yang agak nakal

          Cigull memasuki panggung tanpa banyak bicara ia langsung menamparku dan berlalu sambil merangkul Lusi dan tirai pun di tutup. Perasaan ngilu masih ku rasakan ketika aku berjalan menyusuri belakang panggung hingga akhirnya beberapa senior mengitari ku siap untuk mencerca ku.

          Belum sempat sepatah kata pun keluar dari bibir mereka, ternyata pembawa acara memanggil nama ku lagi dan aku pun terselamatkan dari masalah yang ku perbuat. Aku kembali naik ke atas panggung disambut dengan riuhnya tepuk tangan dari beberapa hadirin termasuk Bu Surti yang juga mengacungkan ibu jarinya.

Tuesday, February 25, 2014

Daily Life School and JKT48 Part 9


         Sampailah aku dan Elisa di tempat dimana aku sering memarkirkan motor karena para murid dilarang membawa kendaraan pribadi sendiri. Aku meminta agar Elisa mendahului ku menuju ke kelas dan ia pun meninggalkanku yang masih menata rambut yang acak-acakan.

          Saat aku hendak menyusul Elisa aku terhenti oleh kerumunan orang yang mengitari sebuah mobil sedan yang ku lihat di perjalanan tadi. Sebenarnya aku tidak tertarik namun ketika  ada seorang kakak kelas yang berteriak bahwa yang keluar adalah member JKT48 aku langsung berbalik 180° dari posisi semula namun perempuan yang keluar dari mobil sedan itu langsung berlari dan alhasil ia menabrak ku hingga semua barang yang ia bawa berceceran.  Aku segera membantu nya mengumpulkan semua barang yang ia bawa sebelum kerumunan massa mengejar kami berdua.

          Ku pikir aku telah berpisah dengannya di lorong menuju kelas ku, yah walaupun aku tidak sempat menanyakan namanya dan mencoba melihat wajahnya aku yakin bahwa dia mirip dengan orang yang pernah ku kenal atau mungkin memang pernah berkenalan denganku.

          Permenunganku terhenti ketika aku mendapati suatu kegaduhan yang berasal dari kelasku yang mayoritas penghuninya adalah WOTA JKT48. Aku berlari dan duduk di sebelah Elisa yang sudah memesankan tempat bagiku.  Betapa kagetnya aku mengetahui bahwa ada seseorang di depan kelas yang ditemani oleh wali kelas ku dan dia adalah Cindy Gulla, atau biasa dipanggil Cigull

“ Oi, oi, oi” teriak teman-teman ku sambil mengeluarkan light stick yang mereka bawa

          Intuisiku mengatakan bahwa teman-teman di kelas akan menghadiri show pada saat sore ini dan hal ini didukung oleh light stick yang mereka bawa. Seperti biasa wali kelas ku membiarkan saja hal ini bukan karena ia tidak peduli namun lebih karena ia juga merupakan WOTA. Awalnya hanya aku saja yang menyadari hal ini setelah membuka media sosial yang wali kelasku miliki dan setelah aku bergabung dengan salah satu fans club aku mengetahui bahwa ketua dari grup itu adalah wali kelas ku.

          Sehabis memperkenalkan dirinya Cigull duduk di belakangku karena hanya tempat itulah yang masih kosong. Sebenarnya pada hari Sabtu sekolah kami libur tapi entah mengapa kali ini kami diwajibkan untuk masuk dan hal ini tidak wajar.  Tak berselang beberapa lama setelah Cigull duduk dan dikerumuni banyak orang, ternyata berita bahwa Cigull ditempatkan di kelasku pun menyebar hingga kakak maupun adik kelas berbondong-bondong mendatangi kelasku. Ternyata hari ini tidak ada pelajaran sehingga kantin pun akhirnya menjadi tujuan hampir semua murid. Banyak siswa yang menanyakan nomor handphone dan pin BB Cigull, aku tak tahu apakah Cigull menjawab hal-hal semacam itu karena aku merasa bahwa Cigull memiliki kasta di atas siswa-siswa lainnya termasuk aku.

          Aku yang asyik ngobrol dengan Elisa pun terkejut ketika merasakan ada seseorang yang mencolek punggungku dari belakang. Seperti dugaanku bahwa yang mencolek punggungku adalah Cigull. Ia meminta maaf atas kejadian tadi pagi dan kami bertiga banyak berbincang-bincang tentang kehidupan kami masing-masing. Datanglah Nada menghampiri kami bertiga yang masih larut dalam asyiknya suasana itu.

“El, gimana jadi kan ntar sore?” tanya Nada

“Eh, ntar sore ada apaan?” kata Elisa agak kepo


“Nggak papa” kataku yang langsung bangkit lalu mengajak Nada untuk agak menjauh dari Elisa dan Cigull

“Iya, ntar sore jadi tapi kita naik TJ aja ya?” bujukku

“Lho, bukannya kemarin mau naik motor” ujar Nada

“Kan lebih enak naik TJ lebih adem gitu” kataku

“Ya udah tapi ntar ketemuan di depan Theater aja berarti” kata Nada

“Siap” Kata ku

          Aku pun pergi meninggalkan Nada yang beranjak keluar kelas dan kembali bergabung bersama Elisa dan Cigull.

“Noel punya Oshi nggak?” mendadak Cigull menanyakan hal ini

“Pasti Cigull tanya ini karena Elisa” pikirku

“Punya” terpaksa aku berbohong lagi

“Tapi kata Elisa kamu nggak punya” kata Cigull

          Huh, ingin rasanya aku mencubit pipi dari Elisa yang kini tertawa kecil.

“Ya udah, ntar ketemu di theater waktu abis perform” kata Cigull yang meninggalkan ku dan Elisa

          Suasana kelas menjadi hening karena banyak siswa dan siswi yang meninggalkan kelas karena instruksi dari kepala sekolah. Nah, sekarang akau mau tanya sama Elisa soal kejadian semalam.

“Elisa, inget nggak semalem ngapan?” tanya ku mengawali percakapan itu

“Nggak, emangnya semalem ada apa?” Elisa balas bertanya

“Nggak papa sih” ujarku


“Tapi, kok kakak ku jadi aneh dari tadi pagi sering tersenyum sendiri” kata Elisa dengan penasaran

"Nggak ada apa-apa kok" ujarku sambil bersiul dan meninggalkan ruangan kelas

"Ihh, Noel beritahu dong" kata Elisa yang mengikuti ku meninggalkan kelas yang mulai kosong dan menuju kelas Dinda

Daily Life School and JKT48 Part 8


          Elisa dan kakaknya memasuki rumah sebelum aku beranjak pergi, mereka melambaikan tangan pada ku tapi rona kemerahan pada wajah kakak Elisa masih ada ketika lambaian tangan itu usai.

          Aku berkendara pulang dan ketika aku melihat ke arah jam tangan yang ku pakai jantungku hampir copot rasanya. Jam menunjukkan angka 2 dan 12 yang menyatakan ini sudah jam 2 pagi yang lebih mengejutkanku, ini hari Sabtu!.

          Yaaaa! Aku memacu kendaraanku sekencang mungkin agar dapat mencapai rumah untuk beristirahat. Tapi semuanya sudah terlambat ketika aku sampai di rumah dan aku mencoba opsi terakhir yang akan diambil sebelum harakiri yaitu meminum kopi lampung dengan takaran kafein berlebihan yang ku rasa bahkan bisa membunuh sekawanan gajah Afrika.

          Baru ku sadari bahwa kedua DVD yang dibawa Elisa masih tertinggal di ruang tamu dan akhirnya ku tonton sendiri kedua DVD itu. Tanpa ku sadari ayam tetangga berkokok lagi, ingin sekali aku menembakkan batu menggunakan ketapel ku karena suara kokokan ayam yang mirip orang tertawa namun sangat menjengkelkan.

          Aku hendak menuju kamar mandi tiba-tiba terdengar suara dari dalam handphone ku, saat ku lihat ternyata aku mendapat pesan singkat dari Elisa.

“El, ntar jemur aku kutabatrengan ke sekolag” tulisnya

“Apaan nih? typo parah ni bocah” pikirku

          Oke, aku bisa menangkap maksudnya lalu aku bersiap berangkat ke sekolah dan mengantar Elisa. Ku siapkan semua barang yang ku perlukan beserta dua DVD milik Elisa tak lupa ku masukkan ke dalam tas ku. Ku pikir kedua orang tua dan kakakku masih tertidur sampai ku lihat ayah ku mondar-mandir mencari remote tv yang biasanya sih disembunyikan kakak karena keasyikan nonton drama korea.

“Lho kak, tisunya dihabisin lagi ya?” kata ku

“Hiks, apa?” kata kakak ku ketika melihat aktor perempuan yang sama emaknya dilarang nikah ama pacar cowoknya karena keluarga mereka udah musuhan dari lama.

          Aku bingung kenapa kakak selalu nangis waktu nonton drama korea. Pernah suatu hari aku asyik nonton kung fu hustle dan pada saat peran antagonisnya siap mengeluarkan jurus kodok nya dan si tokoh utama juga udah nyiapin jurus tapak Budha nya, kakak tiba-tiba nangis dengan kerasnya.

“Huaaa, jangan bunuh dia kasihan ceweknya ntar nggak bisa nikah sama cinta pertamanya” kata kakak

“Ha’a ini kan film kung fu Cina kenapa kakak nangis?” gumamku dalam hatiku

“Kak, ini film kung fu” kata ku mencoba mengecek apa kakak ku masih waras

“Oh, ini film laga” ujarnya setelah menyadari hal ini

          Ya udah deh kalo tisu nya dihabisin kan masih ada lap kacamata, tapi saat ku cari benda itu di kotak kaca mata ku aku tidak menemukannya.

”Ini pasti perbuatan ayah” pikirku

“Yah, lap ku mana?” teriakku dari ruang keluarga

“Lap apa?” tanya ayahku yang mendatangi aku dan kakakku

“Lap kacamata” jawab ku

“Pake lap mobil aja sana kan sama bahannya, punya mu baru dipakai ayah” kata ayah dengan santainya

“Wah, lawak nih” kata ku yang langsung menyiapkan sarapan untukku sendiri karena mama belum bangun

          Aku menuju dapur dan mencari apa yang bisa ku makan, ku dapati berbagai macam sayur daging dan telur. Setelah mengecek jam dan ku pikir masih banyak waktu yang tersisa akhirnya ku putuskan untuk membuat omelet yang sederhana namun penuh warna. Aroma harum mulai tercium dari omelet itu, tapi ada satu hal yang ku takutkan dan akhirnya menjadi kenyataan

“El, kamu buat omelet ya?” tanya kakak dan ayahku

“Nggak aku cuma masak telur” ujarku berbohong

“Ah, pasti bo’ong” kata kakakku

“Kenapa sekali aja aku nggak pernah bisa bohong dan nggak ketahuan” pikirku

“Ayah buatin dong untuk bekal di kantor” sambung ayahku

“Kakak juga buat cemilan” kata kakakku

          Dengan terpaksa aku membuatkan omelet untuk ayah dan kakakku. Walau membuatnya terburu-buru tapi ketika kakak dan ayah mencicipinya mereka bilang enak dan ekspresi di wajah mereka juga mengatakan hal yang sama.

          Syukurlah aku bisa membahagiakan orang yang dekat denganku walau dengan hal yang sederhana.

          Sekarang tiba saatnya aku menjemput Elisa, ku panaskan mesin motorku dan siap untuk melaju menuju rumah Elisa. Sesampainya di rumah Elisa aku memarkirkan motor di depan gerbang rumahnya dan memencet bel rumahnya.

“Tunggu sebentar” kata sebuah suara dari dalam rumah

          Ku pikir itu suara Elisa tapi saat ia membukakan gerbang aku baru menyadari bahwa itu adalah kakak Elisa. Aku mengira bahwa peristiwa semalam sudah dilupakan oleh kakak Elisa, namun ternyata peristiwa semalam masih diingat oleh kakak Elisa.

“Eh, Noel” katanya setengah kaget

“Elisanya ada kak?” tanya ku

“Eeh, cari Elisa bukan nyariin…”  belum sempat ia menuntaskan perkataannya Elisa datang menghampiri aku dan kakak nya.

“Eh, Noel udah ketemu kakak” katanya dengan santai


“Sudah berangkat sana” kata kakak Elisa sambil mendorong pundak Elisa

        Kakak Elisa melambaikan tangannya tapi saat ku tatap wajahnya ia menjadi salah tingkah. Elisa pun menyadari hal ini namun ia tidak merasa ganjil mungkin karena sikap kakaknya yang memang begitu adanya. Suasana jalan yang padat namun aku dan Elisa tidak merasakan penat sedikit pun dan kami saling bercanda di sepanjang perjalanan.

        Percakapan kami terhenti ketika aku dan Elisa mendengar suara klakson mobil yang memekakkan telinga dari belakang. Ku pikir itu mobil ayahku karena merek dan warna yang sama namun ketika mobil itu melintas dan aku melihat ke dalamnya, aku melihat sosok samar-samar namun aku yakin bahwa orang itu memakai seragam yang sama seperti yang aku dan Elisa kenakan. 

Daily Life School and JKT48 Part 7


          Kakakku berbicara beberapa hal kepada ketiga member itu dengan bahasa Jepang yang sangat lancar. Padahal setahuku, kakakku lebih suka melihat drama korea daripada film Jepang jadi darimana ia bisa berbahasa Jepang dengan lancar? Lalu ku sadari, kebodohanku bahwa kakakku akan menuju Jepang untuk menempuh lanjutan studi mengambil jurusan sastra Jepang.

“Darimana kakak kenal membernya JKT48?” tanyaku terheran-heran

“Ha’ah JKT48?” tanyanya

“Bukannya mereka member AKB48?” sambungnya dan hal ini membuat ku semakin binggung

“Eh, bukannya mereka bertiga membernya JKT48 sekaligus AKB48?” Tanya Elisa secara tiba-tiba

          Kami bertiga tenggelam dalam keheningan karena bingung.

          Dan sebelum keheningan itu semakin dalam, tiba-tiba terdengar suara dari dalam laptop

“Iya kami bertiga double member” kata Haruka dan ku pikir ia mengatakan “Iya, cemilannya enak” karena artikulasinya masih sangat Jepang sekali.

          Kami berenam larut dalam suasana yang sangat akrab dengan canda dan tawa. Tak terasa jam telah menunjukkan pukul 22.30 dan kami tidak menyadari hal ini hingga akhirnya Elisa terlelap tidur di pangkuanku. Akhirnya mama menyuruh kami bertiga untuk menyudahi percakapan itu dan kakakku mengucapkan perpisahan dengan ketiga member itu. Dan aku harus mengantar Elisa yang sudah terlelap menggunakan sepeda motor milikku.

          Suasana malam yang semakin dingin menerjang aku dan Elisa, dan Elisa mulai melantur dalam tidurnya

“Noel, jangan di sini dong nggak enak diliatin orang banyak” katanya

“Apaan nih, kok dia ngelantur nggak jelas?” pikirku

          Sesampainya di depan rumah Elisa, aku membangunkannya dan kakaknya langsung keluar dari rumahnya tapi hal yang membuatku ingin koprol sambil teriak wow adalah karena kakaknya amat mirip dengan Ghaida. Baik mulai dari potongan rambut sampai postur tubuh.

“Dek, kok pulangnya malam-malam” kata kakak Elisa dengan nada yang marah

“He’eh apa?” tanya Elisa setengah sadar

“Kamu mabuk ya?” potong kakak Elisa setengah terkejut

“Nggak, eh ada gajah, hai gajah aku punya temen yang aku suka namanya Noel” kata Elisa yang mengejutkan aku dan kakaknya

         Belum sempat kakak Elisa berlari masuk ke dalam rumah dan memberitahukan hal ini ke kedua orang tua mereka, aku langsung menahan tanggannya. Ia terkejut dan memalingkan muka ke belakang menghadap ke arahku. Dan aku mendekatkan jari manisku ke bibir kakak Elisa, muka kakak Elisa yang mirip Ghaida langsung merona  kemerahan dan tidak bisa berkata apa-apa. Aku tidak menyadari kesalahan atau perbuatan yang aku lakukan hingga Elisa berkata-kata lagi.

“Hiks, Noel bikin nangis kakak ku, Noel jahat” kata Elisa yang masih berada di antara alam nyata dan alam bawah sadarnya


          I hope it is a last awkward moment today.

Daily Life School and JKT48 Part 6


          Tiba-tiba ada suara keras yang membangunkanku dan itu adalah suara dari ketukan pintu yang berulang-ulang.

“El, bangun di cari Shanju” kata kakakku yang mengetahui adiknya suka JKT48

“Eh, gimana ceritanya Shanju sampai tahu rumah ku?” pikirku

“Shanju kak?” tanyaku sambil terperanjat

“Iye, Shanju noh nunggu di ruang tamu” jawab kakakku

          Aku langsung bangun lalu berlari membuka pintu kamar dan menuruni tangga dan mendapati Elisa lengkap dengan tasnya menungguku di ruang tamu.

“El, Elisa datang katanya mau belajar bersama” kata mama ku sambil menyuguhkan teh hangat bagi Elisa

“Elisa, ngapain kamu ke rumahku malem-malem?” tanyaku

“Mau belajar bareng hehehehehe” jawabnya sambil tersenyum

“Sama nunjukkin ini” kata Elisa sambil menunjukkan dua disk yang mirip harta karun bagi ku yaitu DVD Fortune Cookie dan Manatsu no Sounds Good

“Wah dapet dari mana kamu?” tanyaku dengan mata berbinar-binar sambil memegang disk itu

“Kemarin dibeliin kakak di FX” ujarnya

“Ya udah ayo ke kamarku kita setel berduaan” kataku dengan penuh semangat

“Ayo” kata Elisa menyetujui hal ini

          Ketika aku dan Elisa sedang di tengah perjalanan menuju kamarku tiba-tiba kakakku dan mama ku melihat hal ini dan reaksi mereka mirip dengan artis yang sedang ada di film-film.

“El, nggak boleh bawa teman perempuan masuk kamar” kata mama dan kakak ku

“Tapi ma, kak..” belum selesai aku berkata-kata mama dan kakak ku berkata

“Tetap tidak boleh!” tegas mereka berdua

          Aku dan Elisa hanya tetunduk lesu, dan kami kembali ke ruang tamu. Tapi aku pun tidak kehabisan akal.

“Gimana kalau kita setel aja di laptop ku?” tawarku

“Ya, cepet sana ambil laptop mu” kata Elisa tidak sabar

          Aku segera berlari menuju kamar dan mencari tas dimana aku biasa menyimpan laptop ku, tapi …

“Kak, laptop ku mana?” teriak ku dari dalam kamar

“Nggak tahu” jawabnya ketus dari kamarnya

“Ah, pasti ini perbuatan nya” pikirku

          Aku buka saja pintu kamarnya tanpa banyak bicara aku langsung mengambil laptop ku

“Apaan sih” kata kakak ku sinis

          Tapi kan itu laptop ku, jadi ya ku ambil saja tanpa banyak meminta persetujuan dari kakak ku.

“Tunggu dek” teriaknya lagi dari dalam kamar dan tak ku pedulikan

          Aku berlari meninggalkannya yang langsung berteriak-teriak dan aku menuruni tangga, lalu ku lihat Elisa masih asyik memainkan pensil yang ia tata hingga menyerupai sebuah struktur dari sebuah bangunan.  Elisa menunjukkan ekspresi gembira ketika aku datang membawa laptop ku.

“Nih, aku bawain laptopnya” kataku sambil tersenyum seakan-akan berhasil memenangkan suatu hadiah

“Ayo, cepet kita setel” kata Elisa tidak sabaran

“El, sapa tuh?” Elisa spontan mengatakan hal itu ketika aku menempatkan laptop di meja ruang tamu

“Ha’ah” kataku kebingungan

          Hal yang tidak ku duga berikutnya adalah ketika aku melihat tiga sosok perempuan Jepang yang mirip Haruka, Akicha, dan Rena-Chan.

“Ano” kata mereka hampir berbarengan ketika melihat dua wajah anak yang juga kebingungan seperti mereka

“Arigatou Gozaimasu” kata itulah yang keluar dari mulutku, ku pikir itu artinya hai salam kenal karena kata itu sering diucapkan dalam anime-anime yang sering ku tonton

          Ketiga perempuan itu yang semula kebingungan, langsung tertawa terbahak-bahak dan aku masih tidak tahu apa kesalahan yang aku perbuat.

“El, rese banget sih lo!” teriak kakakku sembari menuruni tangga

“Kak,…” kata ku masih kebingungan

“Apa!” tanyanya sambil menghampiri ku

          Aku bingung, kakak ku niat bertanya apa marah karena nada yang ia gunakkan masih tinggi. Sepertinya kakakku masih marah atas aksi yang aku lakukan.

“Kak, maaf tadi langsung main ambil aja tapi kok ada member JKT48 yang nge-skype sama kakak ya?” tanya ku

“Makannya jangan main serobot aja” kata kakak ku mulai rileks

“Iya, yang pake baju merah namanya Rena-Chan , kamu kenal kan?” sambungnya

“He’eh, terus yang pakai baju ijo Aki Takajo ya?” tanya ku karena ku rasa ia sangat mirip dengan Akicha

“Iya” jawab kakakku singkat

“Nah, yang terakhir pasti Haruka” kata Elisa yang ikut nimbrung

“Pinter kamu nju” kata kakakku sok kenal dengan Elisa


“Oshi aku itu!” teriak Elisa kegirangan

Daily Life School and JKT48 Part 5

   
       Nah, sebenaranya waktu aku dihadapkan dengan pilihan menerima atau menolak ajakkan Nada untuk melihat pertunjukan di Theater JKT48 aku sudah menduga pasti akan ada permasalahan baru yang timbul dan sehabis keluar dari ruang BP, Tami meninggalkan aku dan Elisa dengan alasan ia hendak menyelesaikan suatu hal sebelum kembali ke kelas.

“El, sebenarnya aku mau membicarakan sesuatu denganmu” kata Elisa dan sepertinya ini hal yang penting

“Tentang apa?” kataku agak kepo


“Ah, sebenarnya aku malu tapi sudah terlanjur ingin” ungkap Elisa

“Ya udah kalo pengen omongin aja jangan setengah-setengah bikin kepo nih” pikirku

“Sabtu besok bisa nemenin aku nonton show Dareka no Tame ni di theaternya JKT48 di FX? ” ujar Elisa dan hal inilah yang menjadi awal masalah

“Mampus deh, aku kan udah janjian sama Nada masak aku batalin? Terus ntar kalo aku tolak, Elisa nangis lagi ntar jadi tambah repot “ gumamku dalam hati

“Gimana el bisa nggak?” pinta Elisa penuh harapan

“Oke deh, ntar ke sana naik apa?” tanyaku

“Naik TJ aja kan rumahmu sama rumahku dan FX sejalur” kata Elisa

“Nggak naik motor bareng aku aja?” tawarku

“Nggak, naik TJ lebih cepet kok” tolak Elisa

“Waduh kan Nada minta bareng aku naik motor kalo Elisa minta naik TJ berabe nih” ujarku dalam hati.

          Sesampainya di kelas aku dan Elisa mendapati kelas ramai lagi, bukan karena memperbincangkan perkelahian yang baru saja terjadi melainkan karena pengumuman dari kepala sekolah yang menyatakan bahwa para murid dipulangkan lebih awal karena ada guru yang melahirkan. Ya, sebenarnya aku cukup gembira tentang hal ini tapi kalau sekolah sering dibubarkan lebih awal aku kasihan terhadap kedua orang tua ku karena tidak ada diskon SPP.

          Sialnya lagi, Elisa memintaku untuk menemaninya pulang ke rumahnya padahal aku masih harus menemui Bu Surti sepulang sekolah jadi aku menolak tawarannya dengan halus. Dan saat ia menanyakan alasanku, aku jujur padanya lalu ia pun berniat untuk menemaniku juga.

          Sebenarnya aku berharap tidak menemukan Bu Surti di ruang guru tetapi ia seperti sudah menungguku di ruangan yang mulai kosong itu.

“Noel, besok Sabtu saya berharap kamu bisa datang untuk mengikuti ekstrakurikuler teater yang diadakan oleh sekolah”  ujar Bu Surti agak memaksa

“Siap bu” kataku tanpa mengingat aku sudah memiliki dua janji sebelumnya

“Oh, ya saya juga minta tolong agar kamu menemani Dinda putri saya setelah ini” kata Bu Surti

“Iya bu” kataku

          Setelah aku keluar dari ruangan itu ternyata sudah ada dua perempuan yaitu Elisa dan Dinda yang asyik mengobrol. Awalnya aku lihat tidak ada yang istimewa dari Dinda tapi ternyata setelah ku pertimbangkan, paras dan postur tubuh Dinda mirip sekali dengan Ve yang merupakan member dari JKT48.

“Ve” kata itu yang bisa keluar dari mulutku, ku pikir Elisa dan Dinda tidak menyadari hal tersebut hingga …

“Ihh Noel, bisa aja deh kamu” kata Dinda tersipu malu

          Kebalikan dengan hal itu, Elisa menatapku tajam seolah-olah aku mendua eh tapi kita kan nggak pacaran kok dia cemburu? Tapi suasana yang tegang itu dipatahkan oleh Dinda yang mulai berbicara lagi.

“Noel suka JKT48?” tanya Dinda

“Suka” jawabku

“Punya Oshimen?” lanjutnya, jujur ini adalah pertanyaan yang paling sering dilontarkan oleh teman-temanku yang juga suka JKT48 dan merupakan pertanyaan yang paling malas ku jawab

“Punya” Ujarku berbohong

“Hayo, Noel bohong ya? Kata Elisa kamu nggak punya” kata Dinda

“Eh, ya udah sekarang kita pulang aja” potong Elisa yang membantuku keluar dari suasana canggung yang disebabkan oleh Elisa

          Rumah Dinda tidak jauh dari sekolah, hanya berjarak beberapa kilo saja dan sepanjang perjalanan ia menceritakan berbagai hal hampir sama dengan perbincangan awalku dengan Elisa. Dinda juga mengatakan bahwa Elisa mengajaknya untuk menonton show Dareka no Tame ni di theater JKT48 besok Sabtu. Akhirnya aku dan Elisa berpisah dengan Dinda di depan gerbang rumahnya yang lumayan besar.

          Tak terasa hari mulai beranjak berganti menjadi sore di pinggir jalan yang ramai oleh lalu lalang pejalan kaki lain, tak terasa Elisa menawarkanku untuk memakai headset miliknya bersama dengannya lagi.

“Seperti apa hari ini yang telah dilewati pasti terpikir saat di jalan pulang” lagu Yuuhi wo Miteruka? dari 
JKT48 mulai terputar dari handphone milik Elisa

          Aku dan Elisa tak menyadari bahwa tangan ku dan tangganya mulai bergandengan dan ketika aku menatap wajahnya ia juga menatapku dan kami berdua pun saling tertawa bersamaan. Ku pikir ia akan segera menyadari hal ini dan melepaskan peganganya dari tanganku ternyata asumsi ku salah dan ia tetap menggandeng tanganku sepanjang perjalanan itu.

          Rasanya tak ingin pergi meninggalkan suasana yang begitu menghanyutkan itu tapi semua berakhir ketika aku dan Elisa sampai di depan rumahnya yang hampir mirip dengan rumah Dinda. Aku mengucapkan kata perpisahan ia pun juga demikian.

          Sesampainya di rumahku sendiri, kedua orang tua ku menyadari ada sesuatu yang aneh dengan diriku karena melihat aku sekarang lebih sering tersenyum padahal tadi pagi tidak. Aku tidak menceritakan apa pun pada orang tua ku tapi kakak perempuan ku yang sangat mirip dengan Melody tapi Melody yang satu ini super kepo dan nggak pintar menyimpan rahasia orang lain, terutama rahasia adik sendiri.

“Ada apa dek, kok kakak perhatiin hari pertama kamu sekolah lagi ada yang beda?” tanyanya penasaran

“Eh, nggak papa kok kak” kataku

“Ah, ceritalah sama kakak ekspresi pas kamu bo’ong itu keliatan banget” ucap kakakku


          Bodohnya aku, aku mencerita semua yang aku alami hari ini dengan sangat detail termasuk perasaanku atas peristiwa hari ini. Selanjutnya yang terjadi adalah kakakku melompat turun dari kasurku dan langsung berlari menuju orang tua kita untuk menceritakan hal ini. Aku langsung mengunci kamarku dan pura-pura tidur namun akhirnya aku pun terlelap. Dan dalam mimpi yang sangat indah itu aku memimpikan aku dan Elisa sudah berpacaran dan kami berdua berada di theater JKT48 di FX sambil bergandengan tangan and I hope it will be reality. 

Sunday, February 23, 2014

Daily School Life and JKT48 Part 4


“El, hari Sabtu lu ada acara ga?” tanya Nada teman perempuan yang juga teman sekelasku dulu

“Eh, nggak emangnya kenapa?” balasku

“Gue punya tiket ke theater JKT nih, aslinya mau gue kasih ke si Jimmy tapi orangnya sibuk” katanya dengan nada sangat kecewa

“Oke deh, kamu bareng aku aja yang ke FX” ajakku sebagai tanda terima kasih diajak nonton gratis

          Sebenarnya aku sangat senang karena sudah sedari lama aku ingin pergi ke theater JKT48 namun aku tidak memiliki waktu dan kesempatan. Kini akhirnya kesempatan datang padaku di waktu yang tidak dapat ku duga. Saat aku hendak kembali ke tempat dudukku, Elisa langsung mengajakku berbicara.

“Maafin aku ya el” katanya mengawali pembicaraan itu

“Lho, kenapa aku harus maafin kamu?” tanyaku dengan nada kebingungan dan memandang matanya yang mulai berkaca-kaca

“Karena aku ngajakin kamu ke kantin akhirnya kamu dapat masalah” lanjutnya dan air matanya mulai menetes dengan perlahan-lahan

          Belum sempat aku mengatakan sepatah pun kata, semua murid memandang ke arah aku dan Elisa. Hal ini mungkin tidak disadari Elisa namun tiba-tiba si Vanya, salah satu siswi di kelasku mengatakan bahwa aku melakukan suatu hal yang buruk kepada Elisa dan perkataan itu menimbulkan sebuah persepsi yang salah. Langsung saja Boris, salah satu siswa yang berbadan besar menghambur ke arahku dan hampir saja menyeretku jika saja aku tidak mengelak. Ku kira Boris memiliki sebuah perasaan suka terhadap Elisa apalagi pada jam bahasa Inggris dan Matematika Boris selalu mencoba mencuri perhatian Elisa.

“Kamu apakan Elisa el!” bentaknya siap untuk menghajarku

“Tunggu dulu ini cuma salah paham” kataku mencoba mengklarifikasi hal ini
“Salah paham gimana? Elisa nangis makin kenceng nih el” kata Tami sahabat perempuan Elisa yang mencoba menenangkan Elisa.

“Boris aku nggak mau cari masalah samu kamu!” ujarku dengan nada yang sedikit keras karena malas untuk berkelahi

“Udah deh nggak usah banyak ngomong!” balasnya dengan nada yang semakin tinggi

          Perkataan Tami semakin mendorong Boris untuk mendaratkan tinjunya ke kepalaku dan tanpa ku sadari aku dan Boris sudah ada di depan kelas di kelilingi murid lain yang melingkari aku dan Boris. Boris yang sedari tadi siap menghajarku mulai berlari menuju ke tempatku berpijak dan kedua tangannya siap memukulku. Aku menghindar ke arah belakang Boris dan aku tending saja kakinya, Boris terjatuh dan saat ia lengah aku kunci saja kaki dan tangannya.

“Kan, tadi udah aku bilangin juga” ku bisikan kata kepada Boris

“Oke deh, aku nyerah” katanya mulai kalem

          Ku lepaskan kuncianku dan saat aku berbalik hampir saja Boris memukul kepala bagian belakangku jika saja aku tidak merunduk dan memukul perutnya. Boris langsung pingsan padahal aku tidak serius memukulnya dan di saat bersamaan datanglah Pak Sarjo guru BP dan Alex ketua kelasku.

“Ada apa ini?” Tanya Pak Sarjo namun setelah ia melihat Boris terkapar ia langsung menyadari perbuatan seorang anak yang terlalu banyak nonton film silat selain mendengarkan JKT48

“Noel ikut saya sedangkan yang lain bawa Boris ke UKS segera” kata Pak Sarjo

          Sesampainya di ruang BP Pak Sarjo langsung mencermahi diriku tentang berbagai macam hal dan aku tahu dimana semua hal ini akan bermuara, hukuman. Kenapa hukuman selalu menjadi konsekuensi dari berbagai hal? Dan yang lebih membuatku heran kenapa Pak Sarjo langsung mempercayai Alex yang mengatakan bahwa aku yang memulai perkelahian itu tanpa memeriksa bukti yang ada dan bertanya kepada saksi lain? Di saat genting itulah, datang Elisa dan Tami.

“Pak ini bukan salah Noel” kata mereka hampir bersamaan

“Kalian yakin?” Tanya Pak Sarjo yang mengalihkan pandanganya dariku

“Iya, yang membuat permasalahan sebenarnya Boris” kata Tami

“Jangan hukum Noel, atas kesalahan yang tidak ia lakukan pak” kata Elisa

“Berarti setelah Boris sadar, saya akan memintanya untuk menghadap saya” tegas Pak Sarjo

“ Tapi, jangan hukum Boris pak” pintaku yang menjelaskan segalanya dari awal


          Akhirnya Pak Sarjo mau mendengarkanku, dan aku berharap semua permasalahana ini cepat selesai tanpa menimbulkan permasalahan yang baru.

Daily Life School and JKT48 Part 3


“Kkkamu suka aku ya?” tanya ku agak gugup pada Elisa

“Ha’a apa sih gr kamu el” jawabnya

          Lagu Tenshi no Shippo pun berganti namun….

“Walaupun diri ini menyukaimu kamu seperti tak tertarik kepadaku” sepenggal lirik sempat terputar dari lagu Fortune Cookie namun tiba-tiba Elisa menggantinya

“Eh, kenapa diganti kan lagunya bagus” kataku agak kecewa

“Nggak papa kok, cuma lagi nggak mau ndengerin Fortune Cookie” katanya

          Aneh, aneh, aneh hanya kata itu yang terpikir di dalam kepalaku. Kenapa ada warna merah merona di pipi Elisa ketika mengatakan hal itu? Ah, semua ini terasa janggal apalagi aku dan Elisa baru berkenalan selama satu hari saja. Mana mungkin bisa cinta datang secepat ini?

          Dan bel berbunyi lagi yang menandakan bahwa istirahat telah usai. Aku dan Elisa segera meninggalkan kantin, kami berlari sekencang mungkin karena jarak kelas yang memang agak jauh dari kantin. Hampir saja aku menabrak pintu dari sebuah kelas yang tiba-tiba terbuka namun refleks yang lumayan bagus dapat menghindarkan ku dari tabrakan itu. Belum sempat aku menoleh ke belakang aku baru menyadari sebuah hal, sebuah kesalahan fatal telah ku buat tanpa ku sadari.

          Seperti yang telah ku duga bahwa pelajaran setelah istirahat adalah pelajaran bahasa Indonesia yang diajarkan oleh Bu Surti, guru sekaligus jagal maut bagiku. Aku dan Elisa sudah menjejakkan kaki di ambang pintu kelas ketika ku sadari bahwa Bu Surti telah menunggu kehadiranku dengan senyumnya yang mirip dengan seorang tokoh antagonis dalam sebuah roman cerita.

“Permisi bu” kataku sebelum memasuki kelas

“Noel, sudah berapa kali kamu terlambat mengikuti pelajaran saya?” tanyanya dengan nada yang datar namun setajam pisau

“Bbaru satu kali bu” jawabku sembari merinding seakan-akan suhu di ruangan itu mendadak turun drastis

“Elisa kamu boleh masuk sedangkan kamu Noel berdiri di luar kelas hingga akhir pelajaran” kata Bu Surti yang langsung memalingkan muka pada murid yang lain dan memasang wajah yang gembira seakan-akan tidak terjadi apa-apa

“El, kamu nggak papa kan aku tinggal sendirian?” tanya Elisa dengan nada yang terdengar iba padaku

“Udah, nggak papa kamu masuk aja daripada kita berdua kena hukuman” kataku sembari tersenyum pada Elisa

          Lalu Elisa pun memasuki kelas dengan tidak rela, tapi mengapa ia sangat baik padaku hingga selalu perhatian kepada tiap perilaku yang aku buat. Oke, pertama-tama ini hari yang baru di jenjang pendidikan yang baru dan seharusnya hari ini adalah salah satu hari yang menggembirakan bagiku tapi kenapa aku harus sial seperti ini. Selain karena seragam yang aku kenakan berbeda, hal yang lebih membuatku tidak merasa nyaman adalah karena aku harus kena hukuman dari guru yang sejak pertama aku menempuh pendidikan di instansi ini telah memberikan banyak kesengsaraan pada diriku.

          Tak selang beberapa lama lewatlah seorang guru yang dulu pernah mengajariku Pak Tono namanya.

“Lho el, ngapain kamu di luar kelas?” tanyanya dengan gaya akrabnya yang khas

“Di hukum pak” jawabku

“Pasti pelajarannya Bu Surti ya?” tanyanya lagi

“Iya” kataku

“Terus kenapa seragam kau berbeda?” lanjutnya

“Saya tadi berangkatnya terburu-buru pak” kataku dengan jujur

“Wah, kalau saya jadi kamu saya sudah lari ke kantin” kata Pak Tono sambil berlalu

“Iya, juga ya kenapa aku nggak ke kantin aja?” pikirku

          Baru saja hendak melaksanakan niatanku itu, ternyata semua uang saku ku ada di dalam laci meja yang ada di kelas dan hasilnya aku urungkan saja ide ku itu. Rasanya seperti orang autis saja aku ini berdiam diri di luar kelas sambil sesekali mengengok ke dalam.

          Akhirnya pelajaran itu pun selesai tapi saat aku hendak masuk ke kelas Bu Surti memintaku untuk menemuinya sepulang sekolah dan aku hanya menyanggupi hal itu tanpa sanggup menolaknya. Jam pelajaran berganti, seharusnya ini pelajaran geografi tapi ternyata Bu Jenny sedang sakit dan guru piket juga tidak datang-datang. Yeah it feels likes in paradise dude

Thursday, February 20, 2014

Daily Life School and JKT48 Part 2


  Setelah pelajaran itu, dinamika-dinamika selanjutnya tidak ada yang mengesankan bagiku. Bosan hanya itu yang ku rasakan, namun sekali-kali aku mencuri pandang pada Elisa. Tak terasa jam pelajaran telah berganti lagi dan kali ini gantian guru matematika yang mengajar. Sebenarnya pelajaran ini tidaklah sulit bagiku namun hanya entah mengapa aku rasa guru yang mengajar terlalu perhatian padaku. ''Yak soal selanjutnya silahkan Noel maju ke depan untuk mengerjakan'' katanya sesuka hatinya yang mengagetkan aku yang sedang memandang wajah Elisa, Elisa hanya tertawa kecil saat menyadari hal itu. Seisi kelas hanya terdiam seakan-akan kelas mendadak menjadi kuburan angker. ''Mampus'' begitu pikirku. Aku maju dengan setengah hati dan saat aku melihat soal yang ada dipapan tulis, ternyata soalnya gampang namun aku lupa beberapa bagian. 
                  
''ssttt''  bisik seseorang dari belakang yang ternyata adalah Elisa
         
''Bingung?'' tulisnya pada selembar kertas dan hal itu tidak disadari oleh guru
       
''Nekat juga anak ini'' pikirku
         
''Uh, iya'' kataku dengan bahasa tubuh dan untungnya guru yang mengajar tertidur

''Yak Noel sudahkah selesai yang mengerjakan?'' kata Pak Robert secara tiba-tiba mengagetkan seisi kelas

''Baru setengah pak!'' jawabku dengan lantang

''Sudah setengah jam baru bisa setengahnya!'' bentaknya dan suasana kelas menjadi semakin hening

''Ya sudah kembali ke tempat duduk sana level soalnya memang terlalu sulit untuk siswa SMA hahahahaha'' katanya sambil tertawa


''Hehehehehe soalnya memang susah pak'' kataku sambil tertawa canggung

  Bel berbunyi tanda istirahat telah dimulai, aku hanya duduk malas rasnya keluar kelas karena teman yang aku kenal juga tidaklah banyak. Lagu demi lagu telah ku putar untuk membunuh kebosanan yang semakin lama semakin erat mendekapku. Tiba-tiba ada seorang yang mengoncang-goncangkan badanku. Ternyata dia adalah Elisa yang masih menguncang-guncangkan aku sambil tersenyum layaknya seorang psikopat.

''iya iya'' kataku sambil melepas headset lalu berdiri

  Elisa langsung menarikku melewati lorong-lorong kelas, dan aku tahu  tempat apa yang ia tuju, kantin. Sebenarnya aku malas ke kantin apalagi dengan pakaian yang tidak seragam dengan teman-teman lainnya tapi kalau ada kejadian seperti ini ya mau dikata apa. Aku dan Elisa menuju sebuah meja dan kursi yang kebetulan kosong. Aku langsung saja menelengkupkan tangan dan berpura-pura tidur. Ku kira Elisa langsung pergi meninggalkan ku tapi tanpa ku duga ada seseorang yang memasangkan headset ke telinga ku.

''Aku kenal lagu ini'' ingatku

''Hei para gadis, telah tiba hari kita untuk bangkit'' terdengar dari headset yang ku kenakan

''What is in she's mind for playing Kagami no Naka no Jeanne D'Arc?'' pikirku

''Eh, lagunya salah'' terdengar suara Elisa yang langsung mengubah lagu

''Cinta bagaikan ekor malaikat yang nakal'' terdengar setelah lagu diganti

  Aku masih tidak mengerti apa yang ada di dalam pikiran Elisa yang memiliki 
idola yang sama denganku. Dan mengapa ia meperdengarkan padaku lagu tenshi no 
shippo dari JKT48 ? aku pun tak tahu.

Friday, February 14, 2014

Daily Life School and JKT48 Part 1


         Jam wekerku berbunyi nyaring, membangunkan ku yang masih setengah berada dalam buai fantasi. Ku siapkan segala yang ku perlukan untuk menjalani hari pertamaku di sekolah yang baru. Ku pikir ini masih pagi namun ketika aku melihat lagi jam yang terpaku dengan rapi di pojok ruang keluargaku. “Waduh” hanya kata itu yang dapat terucap dari mulutku. Ku pacu sepeda motorku sekencang mungkin karena tidak ingin terlambat di hari pertama.

          Ku parkirkan sepeda motorku di depan sebuah pertokoan di dekat sekolah. Gerbang hampir tertutup ketika aku sampai di depannya. “Pagi, pak” sapaku kepada seorang satpam. “Pagi” jawabnya sambil tersenyum dengan ganjil. Ku pikir hari ini aku beruntung tapi kenapa semua orang yang memandang ke arahku tiba-tiba tertawa? Keanehan ini baru ku sadari ketika aku memasuk ke dalam kelas dan mulai memandang semua orang yang memakai seragam yang berbeda dengan apa yang ku pakai.

          Aku memilih sebuah bangku yang berada di tengah ruang kelas dan mungkin karena kebetulan juga bangku sebelahnya masih kosong. Bel berbunyi yang menandakan jam pelajaran pertama akan di mulai tapi bangu sebelahku juga masih kosong. Guru sudah masuk, ia mengajar bahasa Inggris teman-temanku sering memanggilnya Mr. Ridwan dan hal ini membuatku bingung karena nama keluarga Pak Ridwan bukanlah itu. Dan anehnya pada pelajaran pertama ini banyak teman laki-laki yang sibuk tertidur sedangkan para perempuan sibuk menggosip. Namun keanehan kurasakan tidak berhenti sampai disitu, entah mengapa di awal pelajaran di tahun ajaran baru yang juga merupakan tahun pertamaku mengapa kami harus langsung berlatih speaking? “Excuse me, sir” kata sesorang dengan lembut dari luar kelas, suara itu mungkin terlalu lembut untuk didengar oleh orang lain atau mungkin keadaan kelas yang terlalu ribut aku pun tak tahu. “Sir, excuse me but someone just call you from the outside of the class” kataku dengan pronunciations seadanya. “Come in and sit beside that boy” kata Pak Ridwan yang seakan-akan kebingungan mengingat nama ku sembari menunjuk diriku. “His name is Noel, sir” kata seseorang yang duduk di depan.

          Sebenarnya aku sih nggak masalah tapi yang benar-benar membuat mulutku menganga lebar adalah sosok perempuan yang memasuki kelas. Slow motion pada film Matrix yang semalam ku tonton seakan terjadi dan ku rasa lagu baby,baby,baby dari JKT48 sengaja diputarkan (ini ilusi atau aku yang kurang tidur sih?) Wajah perempuan itu seperti Shanju, salah satu member dari JKT48 dan postur tubuhnya juga hampir sama.

“Kevin, eh Noel” kataku salah tingkah dibuatnya

“Elisa” katanya sambil tersenyum

          Ditengah kami asyik mengobrol tentang berbagai hal (yang beberapa menyinggung lagu dan member JKT48) tiba-tiba terdengar kata “ciyeee” dan itu berasal dari hampir separuh kelas. Reaksi yang ku berikan sih biasa saja tapi ketika ku lihat wajah yang mulai merona malu, dag-dig-dug bahkan hampir dor begitulah rasanya hatiku.

“Noel can you practicing on the front of all of yours classmate how to introducing yourself to the other?” kata Pak Ridwan yang ku pikir masih menulis di papan tulis

“And please pick one person to accompany you” sambungnya

          Langsung saja mata seluruh temanku menuju ke Elisa yang dengan sukarela menawarkan diri untuk menemaniku.

“Good morning, uhm I got a little problem to find this address would you lend me a help” kataku

“Of course, but what is the address of this person?” jawabnya dengan pronunciation yang hampir sempurna

Aku sebutkan saja secara serampangan dan ku pikir dia hanya akan memberikan petunjuk arah sehingga aku gagal memperkenalkan diriku

“That’s my address, and why you want to go to my house?” katanya sambil tersenyum mengisyaratkan kata kamu berutang padaku

“My brother’s tell me that I must go to that address to pick his book” kataku lagi

“Are you new around here?” tanyanya

“Oh, sorry I forgot to introduce myself to you by the way my name is Noel” kataku dengan ekspresi minta maaf dan hampir semua orang menertawai kami berdua kecuali Pak Ridwan yang menganggap kami sudah berlatih sebelumnya.

         “That not a common way to introduce yourself to the other and there is some improvisation that make it more interesting” kata Pak Ridwan setelah kami kembali ke tempat duduk kami masing-masing setelah kami menyelesaikan perkenalan diri itu. Seisi kelas yang tadinya hanya diam tiba-tiba bertepuk tangan.


          “Eh” kataku melihat ke arah Elisa karena ia menyikutku. Aku tak tahu apa maunya perempuanya yang juga menyukai JKT48 ini, tapi yang ku tahu aku masih memiliki hutang kepadanya.