Sunday, February 23, 2014

Daily Life School and JKT48 Part 3


“Kkkamu suka aku ya?” tanya ku agak gugup pada Elisa

“Ha’a apa sih gr kamu el” jawabnya

          Lagu Tenshi no Shippo pun berganti namun….

“Walaupun diri ini menyukaimu kamu seperti tak tertarik kepadaku” sepenggal lirik sempat terputar dari lagu Fortune Cookie namun tiba-tiba Elisa menggantinya

“Eh, kenapa diganti kan lagunya bagus” kataku agak kecewa

“Nggak papa kok, cuma lagi nggak mau ndengerin Fortune Cookie” katanya

          Aneh, aneh, aneh hanya kata itu yang terpikir di dalam kepalaku. Kenapa ada warna merah merona di pipi Elisa ketika mengatakan hal itu? Ah, semua ini terasa janggal apalagi aku dan Elisa baru berkenalan selama satu hari saja. Mana mungkin bisa cinta datang secepat ini?

          Dan bel berbunyi lagi yang menandakan bahwa istirahat telah usai. Aku dan Elisa segera meninggalkan kantin, kami berlari sekencang mungkin karena jarak kelas yang memang agak jauh dari kantin. Hampir saja aku menabrak pintu dari sebuah kelas yang tiba-tiba terbuka namun refleks yang lumayan bagus dapat menghindarkan ku dari tabrakan itu. Belum sempat aku menoleh ke belakang aku baru menyadari sebuah hal, sebuah kesalahan fatal telah ku buat tanpa ku sadari.

          Seperti yang telah ku duga bahwa pelajaran setelah istirahat adalah pelajaran bahasa Indonesia yang diajarkan oleh Bu Surti, guru sekaligus jagal maut bagiku. Aku dan Elisa sudah menjejakkan kaki di ambang pintu kelas ketika ku sadari bahwa Bu Surti telah menunggu kehadiranku dengan senyumnya yang mirip dengan seorang tokoh antagonis dalam sebuah roman cerita.

“Permisi bu” kataku sebelum memasuki kelas

“Noel, sudah berapa kali kamu terlambat mengikuti pelajaran saya?” tanyanya dengan nada yang datar namun setajam pisau

“Bbaru satu kali bu” jawabku sembari merinding seakan-akan suhu di ruangan itu mendadak turun drastis

“Elisa kamu boleh masuk sedangkan kamu Noel berdiri di luar kelas hingga akhir pelajaran” kata Bu Surti yang langsung memalingkan muka pada murid yang lain dan memasang wajah yang gembira seakan-akan tidak terjadi apa-apa

“El, kamu nggak papa kan aku tinggal sendirian?” tanya Elisa dengan nada yang terdengar iba padaku

“Udah, nggak papa kamu masuk aja daripada kita berdua kena hukuman” kataku sembari tersenyum pada Elisa

          Lalu Elisa pun memasuki kelas dengan tidak rela, tapi mengapa ia sangat baik padaku hingga selalu perhatian kepada tiap perilaku yang aku buat. Oke, pertama-tama ini hari yang baru di jenjang pendidikan yang baru dan seharusnya hari ini adalah salah satu hari yang menggembirakan bagiku tapi kenapa aku harus sial seperti ini. Selain karena seragam yang aku kenakan berbeda, hal yang lebih membuatku tidak merasa nyaman adalah karena aku harus kena hukuman dari guru yang sejak pertama aku menempuh pendidikan di instansi ini telah memberikan banyak kesengsaraan pada diriku.

          Tak selang beberapa lama lewatlah seorang guru yang dulu pernah mengajariku Pak Tono namanya.

“Lho el, ngapain kamu di luar kelas?” tanyanya dengan gaya akrabnya yang khas

“Di hukum pak” jawabku

“Pasti pelajarannya Bu Surti ya?” tanyanya lagi

“Iya” kataku

“Terus kenapa seragam kau berbeda?” lanjutnya

“Saya tadi berangkatnya terburu-buru pak” kataku dengan jujur

“Wah, kalau saya jadi kamu saya sudah lari ke kantin” kata Pak Tono sambil berlalu

“Iya, juga ya kenapa aku nggak ke kantin aja?” pikirku

          Baru saja hendak melaksanakan niatanku itu, ternyata semua uang saku ku ada di dalam laci meja yang ada di kelas dan hasilnya aku urungkan saja ide ku itu. Rasanya seperti orang autis saja aku ini berdiam diri di luar kelas sambil sesekali mengengok ke dalam.

          Akhirnya pelajaran itu pun selesai tapi saat aku hendak masuk ke kelas Bu Surti memintaku untuk menemuinya sepulang sekolah dan aku hanya menyanggupi hal itu tanpa sanggup menolaknya. Jam pelajaran berganti, seharusnya ini pelajaran geografi tapi ternyata Bu Jenny sedang sakit dan guru piket juga tidak datang-datang. Yeah it feels likes in paradise dude