Wednesday, September 25, 2013

Batas antara Khayal dan Realita

Tak pernah sekejap pun aku memikirkan kata berpisah, tak pernah terbersit dibenakku untuk mencoba pergi menjauh dari dirimu. Kesetiaan, kata yang mudah terucap namun sulit untuk direalisasikan. Kesetiaan hanya itu yang aku butuhkan darimu tidak lebih dari itu. Namun kenapa kini semua itu hanya seperti bunga mimpi bagiku? Kenapa kini engkau menjauh? Macau- Indonesia batas nyata antara cinta dan derita. Masihkah engkau mencintaiku di sana sementara di sini aku masih mencoba bertahan di kerapuhan jiwaku. 

" Janji ya kamu nggak akan nakal disana?" kataku saat menjelang perpisahan kita.

"Iya aku janji" katamu saat mengucapkan kata berpisah untukku.

Namun, kini ku rasa janji tinggalah janji tak bisa menjadi suatu bukti valid yang menjanjikan bagiku.

Seminggu sudah berlalu dari perpisahan kita, aku dan kamu masih bisa berkomunikasi, merajut cinta di benua yang berbeda. "Aku yakin semua ini bisa berjalan lancar dan aku pasti masih bisa menantimu walau 1000 tahun lagi" kataku di telepon. "Ih, kamu gombal deh" katamu dengan nada yang kurasa manja. "Tapi, kamu senang kan kalo dapat gombalan dari aku?" kataku membalas ucapan yang aku tahu itu keluar dari hatimu. "iya hehehehe" balasmu.
Semua kurasa sama tak ada yang berubah hari-hari yang dulu sebelumnya pernah kelabu sebelum menjalin hubungan denganmu kini kurasa seakan bulan pun ingin menari bersamaku. 

Semua terjadi seperti mimpi indah yang tak ingin untuk diakhiri dan bangun untuk menyambut realita pahit ketika aku dan kau sudah tidak sejalan. Namun apa yang selalu menjadi asumsiku dalam hubungan ini akhirnya terjadi, aku dan kamu miss komunikasi selama sebulan dan akhirnya kau berkata padaku "Maaf sepertinya hubungan kita harus berakhir sampai disini" katamu. Kata yang paling tidak ku inginkan untuk keluar dari bibir manismu. "Mengapa? Apa ada orang lain?" Lanjutku. " Tidak, hanya saja kurasa kita memang harus mengakhirinya" sambungmu sambil terdengar nada dari suaramu yang seakan menahan diri untuk tidak menangis. " Kumohon janganlah menangis cukup aku saja yang harus menanggung semua siksa batin ini" ingin aku berteriak padamu namun hanya ada suara telepon yang tertutup di ujung sana.

Hahahaha inginku menangis bila aku mengingat hari-hariku bersamamu. Hari dimana aku merasakan kebahagiaan yang belum pernah kurasakan sebelumnya hari dimana aku sempat merasakan secuil indahnya Surga hari dimana tawa, canda, dan bahagia bersamamu selalu mengisi kesepian hatiku. Hari-hari kurasakan seindah cerita cinta di dalam novel remaja yang selalu berakhir bahagia.

Namun, kini cerita cinta yang berakhir bahagia hanya ada di novel dan cerita-cerita yang di buku. Kini ku rasa dunia seakan-akan perlahan meredup, dunia kehilangan cahayanya seperti aku yang kehilangan kamu penuntun dan pendamping hatiku. Bulan yang selalu bersinar menemani diriku saat berbicara renganmu namun kini bulan pun tak ingin menunjukkan senyumnya padaku! Habis sudah semua tangisan ini untukmu, habis semua kata cinta yang dulu pernah terucap hancur dan luluh semua perasaan ini bagaikan pasir yang tersapu oleh kesombongan angin yang berhembus sesuka hatinya. Ingin aku berseru " Apakah kau memikirkan hancurnya perasaanku ? Runtuhnya dinding yang bernama cinta? Atau apakah kau pernah sedikit saja memikirkan bagaimana kondisi ku sekarang setelah kau tinggalkan pada saat aku masih ingin melanjutkan cinta ini walaupun terbentur oleh jarak yang tak pernah bisa kita sangkal yang perlahan mencoba untuk menghapuskan cinta antara dirimu dan diriku. Dan akhirnya kini hanya aku sendiri meratapi kisah indah yang pernah terjadi dalam hidupku yang berakhir tak seindah awalnya.