Sunday, September 22, 2013

Sepenggal Cinta di ujung Senja

Sepuluh hari telah berlalu setelah kepergianmu. Masih teringat hari dimana pertama kali kita bertemu di angkringan kecil di pinggir jalan kaliurang. Ditemani cahaya dari lampu pinggir jalan dan bintang-bintang yang bersinar di angkasa serasa itu semua sudah ditakdirkan untuk terjadi. 
Masih terkenang dalam ingatanku saat kita bersama serasa waktu dengan cepatnya berlalu. Kita bersama, kita tertawa, kita membicarakan tentang masa depan yang akan selalu abstrak bagiku. Tetapi semua berbeda sekarang, tiada tempat bagiku untuk berkeluh kesah. 

"Sudah, buang saja semua kata-kata cinta itu, masukkan ke dalam peti kemas lalu kirimkanlah ke neraka" pikirku

Teman-temanku berkata  "Kamu harus mencoba move on"

"Anjing, apa kalian bisa merasakan dan berada di posisi yang saat ini kurasakan?" pikirku.

Detik demi detik berlalu hari demi hari berganti namun tiada sedetik pun  pikiran ini terlepas darimu. Telah kucoba seribu cara untuk melupakanmu namun semua itu tak pernah berhasil.  Cinta? cinta yang mana lagi yang ku cari? Separuh hatiku ini telah ku berikan kepadamu namun apa mau dikata kini hanya serpihan sesal yang ada padaku, kau tinggalkan aku di saat aku masih terlalu membutuhkanmu disisiku sebagai pendamping bagiku untuk melangkah, kemanakah aku harus berjalan ketika tujuanku sudah tak ada lagi? Kemanakah aku harus melangkah ketika cahaya hatiku kembali redup?

Pertanyaan dan pertanyaan selalu datang kepadaku bertubi-tubi bak di berondong oleh senapan artileri. Sakit hati ini tak pernah kau rasakan remuk redamnya perasaanku sudah tak bisa ku lukiskan lagi. Bagimu langit selalu biru bagiku pun begitu namun semua telah berubah langit tak sebiru biasanya, bulan selalu menjadi satu-satunya temanku untuk berkeluh kesah. Laki-laki itu tak pernah menangis bagiku itu hanya sebuah lagu, ya hanya lagu yang digunakan untuk mengubur kesedihan hati hanya sebatas itu.

Kini aku kembali melangkah di jalan yang sama dimana aku menemukan cinta yang kupikir itulah yang dinamakan cinta sejati. "Tapi apakah akan kutemukan cerita yang sama di jalan ini?" kataku seraya memandang matahari yang perlahan tenggelam menyisakan pendar berkilauan di angkasa.