Tuesday, August 5, 2014

Temodemo no Namida


"Kak bisa ke Solaria abis Pajama Drive hari ini ga?" sebuah teks singkat Blackberry Messenger ku dapat di pagi itu

"Eh" hanya itu reaksi yang bisa ku keluarkan di pagi itu

      Sepertinya sih tidak ada yang aneh apalagi setelah peristiwa tadi malam, hampir tidak ada yang aneh sampai aku menyadari kejadian di toko buku. Ku pikir awalnya perempuan yang aku asumsikan sebagai Michelle member JKT gen 3 bukanlah perempuan yang aku temui di toko buku tersebut.

      Mungkin kita bisa mundur untuk beberapa waktu terlebih dahulu. Malam itu, masih ku ingat manisnya kecupan bibir dari Elisa dan ia pun mulai menitikan air mata.

"Noel, sebenarnya ada satu hal yang sangat aku takutkan jika hubungan ini berlanjut seperti ini" katanya dengan sedikit mendorong tubuhku

"Lho Elisa, apa yang kamu takutkan? Aku yakin jika kita bersama segalanya dapat kita lalui" ujarku mencoba meyakinkan dirinya

"Tapi Noel...... tapi" bibirnya pun mulai bergetar mencoba mengurai kata yang tak pernah keluar dari dirinya

"Ah, apakah ada suatu kesalahan yang ku perbuat padanya?" pikirku


      Dan halte terakhir di mana kami biasa turun ternyata ada seseorang yang telah menunggu Elisa dan tanpa sepatah kata pun kami berpisah menuju jalan pulang. Perasaan bergejolak dan penuh hasrat untuk keingin tahuan memenuhi diri ku saat di jalan pulang. Perlahan huja mulai turun. Aku tak mempedulikan hal tersebut dan melanjutkan perjalanan ini. Tanpa ku sadari, terputar sebuah lagu dari earphone yang sedari tadi ku kenakan. Hujan rintik-rintik yang mulai turun, aku pun menutup layar kisah ini, bagai menurunkan layar warna perak, itulah cinta pertama diri ku. Temodemo no Namida.

     Hari-hari yang dulu ku lalui sebelum adanya Elisa terasa hambar. Apatis, ya begitulah mereka menamakannya dan aku sama sekali tak mempedulikan hal tersebut toh mereka juga memiliki hobi yang sama seperti ku tapi tak pernah berinteraksi denganku.

      Biasanya pada waktu yang selarut ini, rumah sudah digembok dan lampu-lampu sudah pada namun ternyata lampu-lampu masih menyala dan saat aku hendak membuka pintu terdengar percakapan akrab dari beberapa orang.

      Ketika aku membuka pintu, ku lihat bahwa kedua orang tua ku dan kakakku sedang berbincang-bincang dengan 3 orang yang bagi mereka tidak asing.

"Ah, akhirnya kamu datang juga Noel" kata ayahku sambil merangkul dan memperkenalkan ku kepada 3 orang tersebut

"Ini, om Reynald dan ini tante Stelly" kata ayahku mulai memperkenalkan mereka berdua

"Oh, nama saya Noel om, tante" kata ku berusaha untuk ramah walaupun dalam perasaan yang gundah gulana

      Seperti yang bisa ku duga, orang ketiga yang menjadi tamu di kala itu adalah gadis yang aku temui di gramedia tadi siang. Terpancar bias antusias dari matanya saat bertatapan denganku seakan-akan sedang menatap suatu objek yang asing namun akrab. Sebelum aku sempat menjabat tangannya untuk berkenalan, ia menyodorkan benda "itu" pada ku. Ya, benda yang tadi siang aku berikan kepada nya.

"Kak, ini bukunya" ujarnya

"Bukannya tadi buku ini punya mu?" kata ku masih tidak mengerti dengan situasi ini

"Tapi kan kakak yang pertama kali menemukannya" sambungnya

      Terjebak di tengah-tengah ruang dilematis yang bernama kebingungan, akhirnya dengan agak terpaksa aku menerimanya.

"Jangan lupa, uang ku dikembalikan ya kak?" katanya sambil berdiri dan mereka beranjak pergi dari rumah kami

      Sebelum ia meninggalkan ku ada sebuah firasat yang ku rasa tidak mengenakkan yang diakibatkan oleh senyuman kecilnya. Sebuah Line singkat dari Elisa membuat handphone ku dan aku merasa malas untuk membukanya. Ayah dan mama kembali melanjutkan aktifitasnya (dibaca: tidur) dan kakak nonton dorama. Eh dorama? Tumben dia nggak nonton pilem korea.

"Kak, kagak nonton pilem korea lu?" tanya ku

"Males dek, masa hidup harus selalu berkutat pada film korea yang selalu galau?" jawabnya dengan sok bijak

      Akhirnya aku menaiki tangga dan menuju ke kamarku. Apakah hidup ku selama ini selalu mirip dengan film korea yang sendu mendayu-dayu? Ah, pikiran macam ini yang menemaniku hingga aku menutup mata dan air mata mulai turun bersamaan dengan hujan di malam itu.

Pagi itu aku hendak membuka Line dari Elisa dan ternyata ada sebuah BBM dari perempuan itu.