Thursday, August 7, 2014

Boku no Sakura (Daily Life School and JKT48 Part 23)


         Sebuah senyuman di awal pagi itu, senyuman yang hanya bisa ku lihat secara sekilas dari mobil yang hendak pergi, entah pergi menuju ke suatu tempat yang teramat asing bagi ku.

          Liburan itu telah lama berlalu, segala kenangan pahit dan air mata telah berubah. Tak ada penyesalan yang ku rasakan, hanya rasa penasaran yang amat dalam.

     Ku pikir hubunganku dan Elisa sudah beranjak menuju hubungan yang "agak" serius. Tapi, siapa kah yang bisa menilai keseriusan itu? Mungkinkah diriku? Atau dirinya? Atau bahkan Tuhan sendiri? Tanpa sebuah alasan yang pasti Elisa menghilang begitu saja.

"Noel, aku ingin membicarakan sebuah hal yang serius bersama dirimu" terdengar sebuah suara di ujung sana

     Hal ini tidak aku gubris dan aku langsung melaju menuju Solaria di Fx Sudirman karena telah berjanji kepada seseorang. Seorang gadis remaja yang umurnya tidak jauh berada di bawah ku.

     Sesampainya di depan gedung tersebut, ada sebuah sensasi aneh yang menyerupai firasat buruk bagi ku. Dan benar hal ini terbukti ketika ku dapati diri ku berada di antara Michelle dan Andela.

"Lho, kok ada Andela juga chel?" tanya ku

"Ehmmm, ya gimana ya? Soalnya Andela maksa ikut katanya ada yang mau di sampek in ke kakak" kata nya

     Belum sempat Andela mengucapkan sepatah kata pun, aku mulai bertanya padanya

"Andela, itu kakak mu kenapa? Kok akhir-akhir ini tidak seperti biasanya?" dengan nada penasaran bercampur dengan sedikit kegetiran

"Kak, sebenernya kak Elisa mau pindah ke luar negeri sehabis menyelesaikan pendidikan di SMA" katanya

"Oh, jadi mungkin inilah alasan mengapa air membasahi pipinya pada malam itu" pikirku mulai mencari kunci dari apa yang sedang terjadi

"Kak Noel bener-bener sayang sama kakak Elisa kan?" tanya Andela secara tiba-tiba

     Menurut ku inilah pertanyaan yang sampai saat ini paling sulit aku jawab karena aku menyukai Elisa tanpa sebuah alasan yang pasti. Mungkin bagi sebagian orang, cinta tanpa alasan yang mendasar adalah cinta yang paling rendah atau sering mereka sebut cinta monyet. Beribu alasan bisa ku berikan tapi, rasa yang ku miliki untuk Elisa adalah sebuah rasa yang tulus, walaupun dia tak pernah merasakan apa yang ku rasakan namun aku tetap menyukai dirinya.

"Kak...." sebuah ucapan singkat keluar dari bibir Andela

"Eh, ya ya ya" tanpa ku sadari aku hanya bisa mengucapkan kata itu

     Siang itu keadaan berjalan seperti biasa, lalu lalang para pengguna kendaraan yang dengan ramainya melintasi jalan Sudirman dan tak terasa waktu dengan begitu cepatnya berlalu. Rasanya asyik sekali menemani dua orang ini untuk sekedar menghabiskan waktu, namun pikiran ku jauh menerawang memikirkan apa yang sedang Elisa pikirkan saat ini.

-- 4 bulan berlalu --

     Saat yang ku takutkan pun telah tiba, ku putuskan untuk mengakhiri kisah ini, tak tahu akan berakhir seperti apa. Selama sisa waktu yang aku miliki ku habiskan bersama Elisa, tak terhitung telah berapa kali kami mengunjungi theater JKT48 dan aku kembali masuk ke dalam lamunanku dan berharap waktu dapat berputar kembali.

"Kepada siswa dan siswi kelas 12 diharapkan untuk berkumpul di aula untuk menghadiri acara perpisahan" suara itu terdengar dari speaker yang ada di tiap ruang kelas

     Aku dan Elisa hanya saling memandang dan mengangguk, ku lihat ada sebuah pancaran rasa gelisah dari matanya dan hal inilah yang aku rasakan di saat yang bersamaan. Mungkinkah aku masih bisa bersamanya di suatu saat nanti?


     Memperbaiki garis putih di lapangan sekolah, di bawah matahari aku berlari, hari-hari masa muda. Jalan milik kamu terbentang lurus dan terus memanjang. Angin yang sesaat bersama dengan debu, memori jauh di sana.


     Tidak ingin kalah dari siapapun, dengan siapakah diriku telah saling bersaing. Sampai tujuan yang aku ingin, terus jalan walau tak akan sampai. Di tengah mimpi air mata mengalir, ku hapus dengan tangan ini.

     Rencana penyabotasean berhasil terlaksana, dibantu oleh beberapa wota yang juga teman sekelas ku yang berhasil menduduki ruang siaran. Tidak ada seorang pun yang beranjak meninggalkan aula untuk membereskan keanehan ini dan guru-guru pun masih saling mengobrol dengan asyiknya.
     
     Elisa kembali menarikku dan kami berdua meninggalkan aula dan menuju ke arah kantin. Sesampainya di kantin yang saat itu lengang karena tidak adanya penjual Elisa melihat ke arah mata ku dengan mata yang memancarkan sebuah perasaan pilu.

"Noel, kamu masih ingat nggak waktu pertama kali aku mengajakmu ke sini?" tanyanya

"Iya" jawabku

"Kamu masih ingat nggak dulu kita mendengarkan Tenshi no Shippo berduaan?" tanyanya lagi

"Iya" kata ku

"Aku takut kehilangan diri mu" katanya sambil memeluk diriku dengan erat seakan-akan ia takkan bertemu lagi dengan ku untuk selamanya

     Aku tak dapat menjanjikan apa-apa padanya kala itu dan hanya memeluknya dan berbisik kepadanya "I love you"


------------------------------------The End-----------------------------------