Friday, June 6, 2014

Hari itu...


     Belum genap sang surya menyingsing, ada lagi kejadian yang lumayan kampret di pagi ini. Tepat baru beberapa menit lewat dari jam 6 pagi, terdengar suara bergemuruh dari arah timur pada saat aku hendak membuka gerbang rumah. Tak ku sangka warga satu kampung mengejar Trisno sama Berto yang tak ku ketahui apa penyebabnya.

"El ayo ikut latihan buat event Kizuna Ekiden ada JKT48 nya lho!" teriak mereka berdua sambil berlari diikuti para warga.

     Sebenarnya ada beberapa hal yang kurang logis dalam peristiwa super janggal ini. Pertama event Kizuna Ekiden memang tinggal menghitung hari tetapi mengapa diperlukan latihan secara berjamaah. Lalu yang kedua adalah bagaimana cara Trisno dan Berto memanipulasi otak dari para warga kampung yang terdiri dari berbagai jenis mahluk, oke ralat karena kebanyakan pelari masih berwujud manusia jadi anggap saja mereka manusia.


"Atau jangan-jangan satu kampung kena heart gata virus buat ngidol?" pemikiran mengerikan inilah yang pertama kali terlintas di otakku.

     Eh, belum sempat memikirkan hal yang lebih logis dari konklusi yang sebelumnya pintu rumah terbuka dan dari dalam rumah nongol tiga sosok, emm lebih spesifiknya ayah, ibu, dan kakakku (dengan beberapa remahan roti yang masih belum ia seka dari bagian sekitar bibirnya). Yang lebih mengejutkan mereka menggunakan seragam jogging (kecuali ayahku yanng masih menggunakan piyama dan sepatu lari yang nggak matching).

"Kak" Kataku seraya menunjuk bibirnya

"Eh?" sahutnya masih tidak paham dengan apa yang ku maksudkan

"Ah, lupakan" ujarku agak sewot

     Malu malu lolipoopu setiap kali membayangkan dirimu aku pun tersenyum-senyum sampai jadi malu sendiri. Nada dering yang terdengar dari balik saku celana (lho?). Perasaan tadi pagi masih Bingo kok sekarang bisa jadi Hanikami Lollypop ya? Hmm, aneh semua yang terjadi pagi ini terasa absurd. 

     Ku terima saja telepon yang masuk dan berharap itu hanya telepon iseng atau semacamnya tapi ekspektasiku tidak pernah mendekati kata tepat.

"Halo Noel" kata seseorang dari ujung telepon seakan tergesa-gesa

"Elisa?" tanya ku setelah melihat nomor yang menelepon ku

"Bukan, ini kakaknya cepetan kamu ke sini ini ada situasi darurat" sambungnya semakin kalap

"Eh...." belum selesai aku mencerna kata-katanya kakak Elisa sudah menutup telepon itu.

     Sebentar, aku berusaha dengan keras untuk mencerna segala apa yang sedang terjadi seakan-akan melakukan wotagei tanpa lightstick. Ku putuskan saja untuk menuju rumah Elisa dengan berjalan kaki karena aku yakin pasti sepulang dari rumahnya aku langsung dicari untuk mengikuti latihan marathon.

     Udara sudah tidak terlalu dingin tapi badanku masih menggigil entah mengapa. Tak terasa bibirku mulai bersenandung kecil "Musim panas sounds good, sambil membisikannya" sambil mengingat hal yang hangat-hangat. 

     *Brak*

"Duh, biyung" kata ku sambil terjerembap di tanah

"Ma...ma..maaf" kata seorang perempuan dari arah belakang ku

"Kenapa pagi ini aku sial banget ya? Apa ini karma karena kebanyakan maen sama wota gila? Apa karena kemarin aku ngejual photo pack kemahalan? (Iyasih, kemarin kalo nggak salah aku beli PP harga satuan 10 ribu aku jual ke Jono satuannya 20 ribu). gumamku

"Maaf, maaf kalo naek sepeda tuh..." ucapku sambil berusaha berdiri dan belum sempat aku menyelesaikan kata-kata ku aku terperanjat

     Well, guess what yang nabrak pake sepeda ternyata Naomi. Agak nggak lucu juga sih mau marah tapi tiba-tiba, ah sudahlah. Rasanya sih mau nge gali lobang terus nyebur ke dalemnya karena malu banget pas kejadian ini terjadi.

"Eh, Noel kamu nggak papa kan?" tanyanya seraya turun dari sepeda dan hendak membantu ku untuk berdiri

"Aku nggak papa kok" jawabku sambil tersenyum antara menahan sakit dan rasa senang

"Lho, pagi-pagi kok keburu-buru? Emangnya mau kemana?" tanya ku

"Ini, mau ke toko cak lontong beli bahan masakkan karena giliranku belanja karena si Inyi masih belum bangun" ujarnya

"Kamu kenal Inyi kan?" lanjutnya agak penasaran

"Iya, kenal" jawabku serampangan agaknya si Naomi memiliki charmspeak (itu loh, semacam kemampuan magis punyanya anak dari Aphrodite kalo pada baca karyanya Rick Riordan pasti pada ngerti)

"Aku temenin ke tokonya ya? Soalnya akhir-akhir ini daerah sekitar sini nggak aman (ya jelaslah, orang yang bikin nggak aman Noel and the wots gitu loh)" tawarku padanya

     Naomi hanya mengangguk dan it's feel awesome! Di tengah perjalanan kami tak banyak bicara sampai....

"Andai jatuh cinta akan segera tahu, selalu terdiam melamun" Naomi mulai bersenandung

"Duh, duh, duh jangan-jangan" berbagai asumsi mulai merabati otak yang dari tadi kosong

"Andai jatuh cinta setiap saat selalu, kau terus memperhatikan handphone" lanjutku muai apatis dengan asumsi ku

     Kami berdua tertawa terbahak-bahak seperti orang gila, hingga kami berdua sampai di toko cak Lontong dan kami pun berpisah. Tak berselang beberapa meter jalur marathon kampret itu ternyata melalui gang sempit di mana aku sering menggunakannya sebagai jalan pintas menuju rumah Shanju (Eh, salah itu Elisa maklum agak gesrek).

"Tangkap Noel!" seru Trisno dan Berto seperti kepala suku pedalaman yang menemukan target buruannya

"Eh, eh, eh!" aku langsung berbalik arah berlari tergopoh-gopoh efek dari tertabrak sepeda tadi

     Aku terpaksa melalui jalur pematang sawah di mana dulu aku pernah berbagi headset dengan Elisa dan menyanyikan lagi Yuuhi wo Miteruka (Di episode berapa aku lupa yang jelas aku pernah menuliskannya di buku harian absurd ini).

     Tak terasa sudah berapa banyak peluh yang menetes, mengalir dari pori-pori ini untuk mencoba melarikan diri dan tinggal beberapa blok lagi aku sampai di depan rumah Elisa ternyata perumahannya juga mengadakan latihan marathon untuk persiapan event Kizuna Ekiden. Duh, mampus aku ketika ku lihat ke arah belakang warga kampungku sudah mulai bergerak maju secara perlahan seperti yang ada dalam film crows zero. Dari arah berlawanan pun juga seperti itu sialnya lagi aku berada di tengah-tengah mereka.

     Akhirnya aku memilih untuk berpura-pura mati, eh nggak-nggak aku berlari lagi menuju arah gang yang setahuku buntu di sisi kanan jalan. Nah, ternyata di ujung gang buntu itu ada seseorang yang menaruh tangga dan tangga itu kugunakan untuk memanjat tembok rumah Elisa. 

     Dari arah luar terdengar bunyi aba-aba, ternyata warga kampungku dan kompleks Elisa akhirnya latihan lomba marathon bersama. Aku menghela napas dan menepuk dada merasa hari ini tidak akan lebih buruk lagi.

"Guk, guk, guk" suara anjing Siberian Husky milik Elisa menyalak kepadaku

     Ia berlari dan langsung menubrukku dan menjilati wajahku. Yuck, lumayan buruk untuk mandi liur anjing pagi itu berhubung aku sudah mandi sebelum meninggalkan rumah (sekitar jam 2 sebelum aku menerima telepon dari Elisa).

     Belum selesai sampai di situ, tiba-tiba Elisa keluar dan menyuruh anjingnya untuk meninggalkanku dengan rona senyum khas psikopatnya yang entah mengapa hal ini merupakan salah satu alasan aku menyukainya. Tapi di belakang Elisa ada papa, mama, dan kakaknya.

"Eh, ada om dan tante. Boleh Noel pinjam kamar mandinya?" kataku dengan amat canggung

     Tidak ada yang menjawab dan hanya memandang agak sinis, Ku pikir keadaan darurat itu hanya akal-akalan Elisa dan kakaknya yang ingin mengerjai ku saja. And I wish I'm ready to attend one hell of family meeting sigh.