Di antara banyaknya kisah, pasti
kita memiliki suatu kisah yang mungkin menarik untuk diceritakan. Kisah ini
akan terdengar menarik karena akan saya coba ungkapkan menurut pandangan
subjektif saya yang saya tahu bahwa apa yang saya ketahui dan saya lihat
amatlah terbatas.
Apa yang membuat suatu cerita
atau peristiwa itu menarik? Jawabannya sangatlah mudah! Reaksi dari pembaca,
pendengar, atau mungkin seseorang yang melihat secara langsung. Saya tertawa
terbahak-bahak ketika apa yang menjadi prediksi saya selama ini menjadi suatu
kenyataan yang bagi beberapa orang kenyataan tersebut sulit untuk saya terima.
Beberapa psikolog mungkin akan
mendeskripsikan watak saya agak kurang waras ketika seharusnya saya menangis
tetapi malah tertawa. Kawan, yang salah bukan diri saya ataupun otak saya,
melainkan dunia ini. Pernahkah engkau berpikir bahwa dunia ini tidak adil?
Justru sebaliknya! Dunia ini adil karena tidak adil bagi semua orang.
Mungkin diriku ini kafir, tetapi
adakah kafir yang tetap percaya kepada Tuhannya? Adakah kafir yang masih
memasrahkan semua jalan hidupnya kepada Bapanya? Entah.
Bah, buat apa agama ini bila hanya
membatasi diri sendiri? Buat apa agama bila kita masih mengkotak-kotakkan antar
agama dengan istilah kafir dan semacamnya? Ataukah mungkin kita harus
berefleksi, Tuhankah atau ego kah yang kita sembah? Semua pertanyaan dan
doktrinasi mengenai agama membuatku muak.
Cukup lucu juga sih jika
membayangkan hidupku bila aku bisa berdialog dengan sang Maha Pencipta.
"Tuhan, terimakasih atas berkat-mu sehingga aku bisa
berhenti sejenak di titik ini. Namun bilamana aku harus berlari lagi, aku akan
berlari seturut kehendak-Mu"
Mungkin itulah yang bisa aku
ucapkan jika membandingkan diriku dengan aku yang lalu. Jujur saya sendiri
sering pusing sendiri jika menghadapi masalah yang saya rasa di luar
kapabilitas saya. Mungkin selama ini di antara keterbatasan itulah Tuhan
menyusupkan penolong yang entah datang dari mana.
Bagi beberapa pribadi mungkin akan
menilai saya sangat membawa perasaan namun apa guna manusia bila ia tidak
memiliki sisi ini. Lha, wong Tuhan sudah menciptakan saya begini adanya masa
saya harus menentang anugrah yang diberikan oleh-Nya. Saya lebih memilih untuk
mengatakan apa yang selama ini saya tuliskan, ucapkan, dan lakukan adalah suatu
tindakan yang humanis.
Bilamana ada tertulis dalam Kitab
Suci bahwa Yesus mengatakan kepada Bapa-Nya: "Ke dalam tangan-Mu
kuserahkan nyawa-Ku". Mungkin saya hanya bisa menyatakan bahwa ke dalam
Bapa ku, ku pasrahkan semua masa depanku, segala yang Engkau rencanakan ku
yakin lebih baik dari apa yang telah aku susun matang-matang.